Kamis, 24 April 2008

Orang orang yang sepatutnya dilaknat

Ada beberapa orang jahil di kalangan pengikut Ahul bait yang keberatan untuk melaknat orang-orang yang sepatutnya dilaknat. Di bawah ini, kita sertakan keterangan dan Al-Quran, Sunnah Nabi saw, dan teladan dan para imam yang suci. Apabila masih juga keberatan, setelah tegak keterangan dan Allah dan rasul-Nya, ia tidak dihitung lagi sebagai orang beriman.

"Maka, demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya" (QS. Al-Nisa: 65).

Al-Quran

Sebagaimana akhlak Nabi saw adalah Al-Quran, maka setiap Muslim harus menginternalisasikan Al-Quran dalam dirinya. Ia harus memuliakan orang yang dimuliakan Al-Quran. Ia harus merendahkan orang yang direndahkan Al-Quran. Ia harus berdoa buat orang yang didoakan Al-Quran. Ia harus melaknat orang yang dilaknat Al-Quran. Di antara orang yang harus dilaknat adalah:

1. Yang menyakiti Rasulullah saw:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya;
Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan
baginya siksa yang menghinakan" (QS. Al-Ahzab: 57)

2. Yang memfitnah mukminin dan mukminat:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya;
Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan
baginya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti
orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka
perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan
dan dosa yang nyata." (QS. Al-Ahzab: 57-58)

3. Yang memfitnah (menuduh) berzina:
"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh (berzina) perempuan-
perempuan yang baik-baik, yang tidak pernah terpikir melakukan
kekejian lagi beriman, mereka dilaknat di dunia dan di akhirat, dan
bagi mereka azab yang besar." (Al-Nur: 23)

Selain dilaknat, penuduh atau pembuat fitnah itu tidak boleh diterima kesaksianya seumur hidupnya dan dicambuk 80 kali menurut syariat Islam.
"Dan orang-orang yang menuduh (berbuat zina) perempuan-perempuan yang baik—baik dan tidak mendatangkan empat orang saksi maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Nur: 4)

4. Orang-Orang yang memutuskan silaturrahim:
"Bukankah apabila kamu berkuasa kamu berbuat kerusakan di
muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan. Mereka itulah
orang- orang yang dilaknat Allah dan ditulikannya telinga mereka dan
dibutakannya mereka." (QS. Muhammad: 22-23; lihat juga QS. al-
Ra’d: 25)

5. Para pembohong:
"...Marilah kita memangil anak-anak kami dan anak-anak kamu,
isteri kami dan isteri-isteri kamu, din kami dan din kamu; kemudian
marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya
laknat Allah ditimpakan kepada para pendusta." (QS. Ali ‘lmran: 61)

6. Orang- orang zalim:
"...Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang
zalim. Mereka itu balasannya ialah bahwasanya laknat Allah
ditimpakan kepada mereka (demikian pula) laknat para malaikat
dan manusia seluruhnya." (QS. Ali lmran: 86-87; lihat juga QS. Al-
A’raf: 44)

"...Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Mereka itu balasannya ialah bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya." (QS. Ali lmran: 86-87; lihat juga QS. Al-A’raf: 44)

Itulah sebagian dan ayat-ayat yang melaknat mereka yang mempunyai sifat yang patut dilaknat, apa pun agama atau mazhabnya. Kata "la’nat" dengan berbagai derivasinya disebut 41 kali dalam Al-Quran. Perhatikanlah ayat itu dan amalkan!

"...Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Mereka itu balasannya ialah bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya." (QS. Ali lmran: 86-87; lihat juga QS. Al-A’raf: 44)

Al-Sunnah

Di samping hadis-hadis yang menunjukkan sifat-sifat orang yang dilaknat, Rasulullah saw memberikan contoh melaknat orang-orang tertentu. Ia secara tegas menyebut nama-nama mereka dalam laknatnya itu. Yang dilaknat Rasulullah saw:

1. Rasulullah saw bersabda, "Ada tiga orang yang dilaknat Allah swt
orang yang berpaling dari kedua orang tuanya; orang yang mengadu
domba di antara suami isteri sehingga mereka bercerai kemudian ia
menggantikannya, berita fitnah di antara kaum mukmin sehingga
mereka sating membenci dan saling mendengki." (Kanz al-’Ummal
hadits: 43930).
2. Rasulullah saw bersabda, "Aku melaknat tujuh orang yang dilaknat
Allah. Dan semua Nabi sebelumku diperkenankan (doanya): yang
menambah-nambah kitab Allah, yang mendustakan ketentuan Allah,
yang menentang sunnahku, yang menghalalkan apa yang diharamkan
Allah dan keluargaku, yang berkuasa dengan sewenang-wenang,
sehingga memuliakan orang yang direndahkan Allah dan merendahkan
orang yang dimuliakan Allah, yang menyalahgunakan harta kaum
muslimin, yang mengharamkan apa yang dihalalkan Allah." (Bihar al-
Anwar 75:340).
3. Rasulullah saw bersabda, "Allah melaknat seorang fakir yang
merendahkan dirinya kepada orang kaya karena hartanya. Barang
siapa di antara mereka itu melakukan hal seperti itu sudah hilang
sepertiga agamanya." (Kanz al-’Ummal 3 hadits 6288).

Di atas hanyalah sebagian di antara orang-orang yang dilaknat saw karena sifat-sifatnya. Di samping itu, misalnya, Rasulullah saw melaknat orang yang memisahkan anak dan ibunya, orang yang durhaka pada orangtuanya, para pekerja di sekitar minuman keras dan zina dan (Lihat indeks dalam Al-Mursyid hal Kanz al-‘Ummal).

Selain itu, Rasulullah saw juga memberikan contoh (sunnah) dalam melaknat bahkan apa yang kita pandang sekarang sebagai sahabat Nabi. Ketika mereka memperoleh kekuasaan, ada sahabat yang cari muka dengan membuat hadis palsu bahwa laknat Nabi saw tersebut jadi pembersih bagi dosa-dosa mereka. Bersumber dari Abu Hurairah: Sesungguhnya Nabi saw pernah bersabda: "Ya Allah, sesungguhnya aku adalah Muhammad seorang manusia biasa. Aku bisa marah seperti halnya manusia lainnya, dan sesungguhnya aku telah membuat perjanjian di sisi-Mu di mana engkau tidak membiarkan aku menyalahinya. Maka setiap mukmin yang aku sakiti, atau aku caci maki, aku laknat atau aku pukul, maka jadikanlah ia sebagai sembahyang, zakat, pendekatan yang mendekatkan mereka kepadamu pada hari kiamat nanti" (Shahih Muslim, Kitab Kebajikan, No. 90, 91)

Dari Abdullah. Ia berkata: Aku sedang berada di masjid ketika Marwan berkhotbah. Ia berkata: Sesungguhnya Allah swt telah memberib kepada Amirul Mukminin, Muawiyah, pandangan yang baik tentang Yazid. Ia ingin mengangkatnya sebagai khalifah sebagaimana Abu Bakar dan Umar pernah melakukannya (istikhlaf). Berkata Abdurrahman bin Abu Bakar: ‘Tradisi Heraklius?’ "Sungguh, Abu Bakar, demi Allah, tidak menyerahkannya kepada anaknya atau salah seorang di antara keluarganya. Sedangkan Muawiyah melakukannya karena sayang dan ingin memberikan anugrah kepada anaknya." Marwan berkata: Bukankah kamu yang dimaksud Al-Quran sebagai "orang yang berkata kepada orangtuanya ‘cis bagi kalian’ (QS. Al-Ahqaf: 17)". Abdurrahman berkata: Bukankah kamu anak orang terkutuk. Rasulullah saw melaknat bapakmu. Aisyah berkata: Hai Marwan. Demi Allah, ayat itu tidak turun kepada Abdurrahman. Tapi ayat ini turun untuk ayahmu: "Janganlah kamu mentaati setiap tukang sumpah (palsu) yang hina, yang banyak mencela, yang kesana kemari menyebar fitnah, yang melarang perbuatan baik, melampaui batas dan banyak berbuat dosa." (Al-Qalam 10-12).

Rasulullah saw pernah melaknat ayah Marwan ketika Marwan berada dalam sulbinya. Engkau adalah pecahan laknat Allah. (Mustadrak 4:48 1;Tafsir al-Qurthubi 16:197; Taf sir al-Zamakhsyari 3:99; Tafsir Tbn Katsir 4:159; Tafsir Al-Fakhr al-Razi 7:491; Tafsir al-Durr al-Mantsur 6:4 1; dll).

Dalam riwayat lain, Aisyah berkata kepada Marwan: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda kepada bapakmu dan kakekmu -Abu al-Ash bin Umayyah— "kalian adalah al-syajarah al-mal’unah" (pohon yang terkutuk) dalam Al-Quran (Al-Durr al-Mantsur 4:191; Tafsir al Syawkani 3:231; Tafsir al-Alusi 15:107; Tafsir al-Qurthubi 10:286).

Siapakah Marwan? Marwan adalah anak Al-Hakam. Siapakah Al-Hakam? Ketika Rasulullah saw masih berada di Makkah, Al-Hakam adalah tetangga Nabi yang paling banyak mengganggu dan menyakiti hati Nabi saw. Bakda kemenangan Makkah, Ia masuk Islam dan hijrah ke Madinah. Dalam majlis, ia sering mencemoohkan Nabi dan belakang dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Nabi saw memergokinya dan menyumpahinya: "Allahumma ij’al bihi wazaghan". Ya Allah, jadikan dia terus bergoyang.

Sejak itu, ia bergelar si wazagh, tukang goyang, sampai mati. Ketika Rasulullah saw berada di tengah-tengah keluarganya, si wazagh itu sering melanggar "privacy" keluarga Nabi saw, mengintip dan menyebarkan berita keji tentang diri Nabi. Kata Abu ‘Umar: "Kana yufsyi ahaditsa Rasulillah saw fa la’anahu." Ia menyebarkan berita keji tentang Rasulullah saw. Lalu Nabi melaknatnya. Beliau mengusir si wazagh dan anaknya ke luar kota Madinah (Al-Isti ‘ab 1:118-119; Usud al-Ghabah 2:34).

Pada suatu hari Imam Ali as memergoki al-Hakam sedang mengintip Nabi saw. Ia menjewer kedua telinganya dan menjatuhkannya di hadapan Nabi saw. Nabi saw melaknatnya tiga kali seraya bersabda: "Orang ini akan mengkhianati Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya. Dan sulbinya akan keluar fitnah yang asap kelabunya akan sampai ke langit." (Kanz al-Ummal 6:39, 90)

Setelah Rasulullah saw wafat, pada zaman pemerintahan Abu Bakar dan Umar, Utsman mendesak agar Marwan dan bapaknya dikembalikan lagi ke Madinah. Kedua khalifah itu berkata (Berikut ini ucapan Umar): Wayhak, ya Utsman. Celaka kamu, hai Utsman. Kamu bicara untuk orang yang dilaknat Rasulullah saw dan diusirnya, musuh Allah dan musuh Rasulnya.

Pernah al-Hakam meminta izin untuk berjumpa dengan Rasulullah saw. Ia bersabda: "Suruh dia masuk, laknat Allah baginya dan bagi keturunan yang keluar dan sulbinya, kecuali orang mukmininnya. Tetapi betapa sedikitnya mereka. Dia dan ketununannya adalah pelaku tipu daya,pengkhianat, akan diberi dunia tetapi di akhirat ia tidak memperoleh bagian." (Al-Ansab 5:126; Al-Hakim dalam al-Mustadrak 4:481; Al-Sirah al-Halabiyyah 1:337).

Dan sulbi al-Hakam lahir Marwan dan keturunan Bani Umayyah, yang disebut dalam Al-Quran sebagai "al-syajarah al-mal’unah". Marwan diangkat menjadi gubernur Madinah pada 42 H. Karena setiap gubernur waktu itu menjadi imam salat, Marwan memulai kebiasaan baru. Sebelum salat, ia memberikan kultum (kuliah tujuh menit) untuk melaknat Imam Ali dan keluarganya.

Karena itu, Imam Hasan hanya masuk ke mesjid setelah iqamah. Tetapi, saking senangnya memaki keluarga Nabi saw, ia memaksa Imam Hasan as untuk datang ke mesjid buat mendengarkan makiannya.

Kelak, menjelang Asyura, Marwan bermaksud untuk menangkap Imam Husain dan memaksanya berbaiat kepada Yazid. Dari cengkeraman Yazidlah, Imam Husain berangkat ke Makkah. Memang, dan perilaku dan sifat-sifatnya —tukang sumpah palsu, penyebar fitnah, pembuat tipu daya, pemaki, yang berjalan ke sana kemari menyebar namimah— Marwan dan al-Hakam layak untuk dilaknat Nabi saw. Kalau kita mengaku mengikuti sunnah Nabi saw, maka sangat aneh kalau kita keberatan melaknat orang-orang yang perilakunya seperti Marwan. Kita takut, tampaknya hanya pelanjut tradisi Marwan yang akan keberatan menjalankan sunnah Nabi saw dalam melaknat. Na’udzu billah mim dzalik.

Teladan Para Imam

1.
"Ya Allah, laknatlah ‘Amr dan laknatlah Mu’awiyah karena mereka
telah menyimpang dan jalan-Mu, mendustakan kitab suci-Mu,
merendahkan Nabi-Mu serta mendustakan dia dan aku."

2. "Ya Allah laknatlah Busyr dan ‘Amr dan Mu’awiyah. Ya Allah
jatuhkan atas mereka murka-Mu. Turunkan pada mereka siksa-Mu
dan timpakan kepada mereka hukuman—Mu dan azab—Mu yang
tidak Engkau tolakkan dari kaum pendurhaka."

3. "Ya Allah, hukum keduanya karena yang mereka lakukan dalam
hakku: dan karena mereka merendahkan urusanku. Berikan
kepadaku kemenangan menghadapi mereka. Ya Allah, jatuhkan
azab kepada mereka karena pengkhiatannya kepada umat ini, dan
karena pandangannya yang buruk terhadap semuanya. Laknat
Imam yang terakhir ditujukan untuk Zubair bin ‘Awwam dan Thalhah
bin ‘Ubaid illab. Siapakah Zubair? Zubair adalah saudara sepupu
Nabi dan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Menurut satu riwayat,
ia adalah orang yang keempat masuk Islam, terkenal pemberani
dan ikut serta dalam semua peperangan bersama Nabi. Menurut
Ahlus Sunnah, ia termasuk salah seorang di antara sepuluh
sahabat yang dijamin masuk surga. Ia tidak mau berbai’at kepada
Abu Bakar dan menjadi sahabat dekat Imam Ali.

Karena itu, ia termasuk di antara sekelompok kecil yang menyaksikan pemakaman Sayyidah Fatimah Azzahra sa. Ketika Umar memasukkannya kepada salah satu di antara enam anggota dewan formatur, ia mengundurkan diri karena pembelaannya kepada Imam Ali.

Imam Ali bersabda, "Zubair selalu menjadi salah seorang di antara kami Ahlulbait, sampai muncul anaknya yang tercela, Abdullah." Pada zaman Utsman, Zubair memperoleh kekayaan yang berlimpah karena fasilitas yang diberikan khalifah. Setelah Utsman terbunuh, ia termasuk yang berbai’at kepada Imam Ali untuk pertama kalinya. Ketika Imam Ali menghilangkan fasilitas istimewanya, ditambah dengan hasutan Mu’awiyyah yang menawarkan kekhalifahan kepadanya, Zubair kemudian mengkhianati Imam Ali dan bergabung dengan pasukan ‘Aisyah, bersama Thalhah.

Siapakah Thalhah? Ia termasuk sahabat yang masuk Islam pada zaman permulaan. Nabi mempersaudarakannya dengan Zubair sebelum hijrah. Ia seorang pedagang kaya. Ketika terjadi perang Badar, ia sedang berdagang di Syam. Ahlus Sunnah menghitungnya sebagai salah satu di antara sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Setelah wafat Nabi, para khalifah memberikan penghormatan kepadanya. Umar memilihnya sebagai salah satu anggota formatur, tetapi ia mengundurkan diri untuk kepentingan Utsman. Walaupun Utsman memberikan kepadanya bantuan keuangan yang menjadikannya salah satu orang terkaya di Madinah, Utsman tidak mengangkatnya menjadi gubernur di kota mana pun. Thalhah sangat menginginkan jabatan khalifah. Ia menulis surat menghasut penduduk Basrah, Kufah, dan kota-kota lainnya untuk melakukan perlawanan terhadap Utsman. Setelah Utsman terbunuh, ia segera berbai’at kepada Imam Ali. Ketika Imam Ali melepaskan hak-hak istimewa yang diperolehnya sebelumnya, ia bergabung dengan Aisyah untuk menuntut darah Utsman.

Di bawah ini kita kutipkan percakapan dan Zubair dengan Imam Ali.

Setelah keduanya masuk, mereka berkata: "Ya Amiral Mukminin, kami datang kepadamu memohon izin untuk melakukan umrah."

Imam Ali: "Demi Allah, kalian bukan ingin melakukan umrah, tetapi kalian bermaksud melakukan pengkhianatan. Kalian menginginkan Basrah."

Thalhah dan Zubair berkata: "Astaghfirullah Kami hanya bermaksud Umrah."

Imam Ali: "Bersumpahlah kepadaku, demi nama Allah yang agung. Kalian tidak merusak urusan kaum Muslimin, tidak mengkhianati ba’iat kepadaku dan tidak menyebarkan fitnah." (Lalu keduanya menyatakan dengan lidahnya dengan sumpah yang diminta Imam Ali kepada mereka) Sumpah palsu itu kelak diulangi kembali oleh keduanya pada peristiwa gonggongan anjing Hau’ab. Dalam perjalanan ke Basrah, A’isyah sampal di sumber mata air Hau’ab kepunyaan Bani Amir bin Sha’sha’ah. Anjing-anjing di situ menggonggong dengan keras sehingga salah seorang di antara rombongan berkata: "Semoga Allah melaknat Hau’ab; betapa banyak anjingnya." Mendengar itu A’isyah terkejut dan bertanya: "Apakah ini mata air Hau’ab?" Mereka berkata: "Ya, benar. Ia berkata; Kembalikan lagi aku. Ketika ditanya apa sebabnya, A’isyah menjelaskan bahwa Rasulullah Saw pernah memperingatkan A’isyah agar tidak termasuk orang yang digonggong anjing Hau’ab. Melihat A’isyah sudah mau mengundurkan diri, Zubair dan Thalhah mengumpulkan lima puluh orang Arab dusun untuk bersumpah bersama mereka bahwa tempat itu bukan mata air Hau’ab. "Fa kanat hadi awwalu syahadati zurin fil Islam." Nilai kesaksian palsu yang pertama di dalam Islam. (untuk mengetahui sumber-sumber bibliografis di atas, lihat Muhammad al-Ray Syahri, Mawsu’at al-Imam Ali bin Abi Thalib alaihi salam, jilid 5.Qom: Dar al-Hadits 1421 H.)

Tidak cukup di sini tempat untuk menuliskan daftar orang-orang yang dilaknat Imam All dan para Imam yang lain. Sekadar contoh, Imam Musa al-Kazhim as melaknat Ali bin Abi Hamzah karena mengkhianati Imam setelah ditawari kekayaan yang banyak, Begitu pula ada sahabat terdekat Imam Hasan al-Askari as yang berkhianat kepadanya. Dan selanjutnya Shahib al-Zaman Imam Mahdi (ruhi fida’uhu) melaknatnya dan menganjurkan para pengikutnya untuk melaknatnya pula.

Minggu, 20 April 2008

DOA SHOLAT TAHAJUD

DOA SELESAI SOLAT SUNAH HAJAT:LAA ILAAHA ILLALLAAHUL HALIIMUL KARIIMU,SUBHAANALLAAHI RABBIL 'AR-SYIL 'AZHIIM, ALHAMDULILLAAHI RABBIL 'AALAMIIN, AS-ALUKA MUUJIBAATIRAHMATIKA, WA'AZAAIMA MAGHFIRATIKA, WAL'ISHMATA MINKULLA DZANBIN, WAL-GHANIIMATA MIN KULLI ITSMIN, LAATADA'LII DZANBAN ILLAA GHAFARTAHUU, WALAA HAMMAN ILLAAFARRAJTAHUU, WALAA HAAJATAN HIYA LAKA RIDHAN ILLAQADHAITAHAA, YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.ARTINYA: Tidak ada Tuhan kecuali Allah Yang MahaPenyantun lagi Maha Mulia, Maha suci Allah Tuhanpemelihara Arsy yang Agung, segala puji bagi Allah,Tuhan seluruh alam. KepadaMu aku memohon sesuatu yangmewajibkan rahmatMu dan sesuatu yang mendatangkankeampunanMu, serta terpeliharanya dosa-dosa,emmperoleh kebaikan pada tiap-tiap dosa, janganlahEngkau tinggalkan dosa pada diriku, melainkan Engkauampuni, dan kesusahan, melainkan Engkau beri jalankeluarnya, dan tidak pula suatu hjat yang mendapatkerelaanMu, melainkan Engkau kabulkan, wahai TuhanYang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.\

Macam 2 Penyakit Hati

Macam-macam arti penyakit hati dan sifat buruk manusia :
1. Iri HatiIri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran.
2. DengkiDengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut. Sifat ini sangat berbahaya karena tidak ada orang yang suka dengan orang yang memiliki sifat seperti ini.
3. Hasut / Hasud / ProvokasiHasud adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar sesama.
4. FitnahFitnah lebih kejam dari pembunuhan adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat.
5. Buruk SangkaBuruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas.
6. Khianat / HianatHianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari.

Menata Hati

Banyak orang menaruh perhatian yang besar terhadap keadaan jasmani mereka. Apakah terlihat bagus, terdapat lecet-lecet, luka-luka atau apakah tubuh sedang terasa kurang fit. Mereka lantas bergegas mencari penanganan dan penyelesaiannya. Tetapi mereka kurang menaruh perhatian yang lebih terhadap hati.Hati merupakan ibarat raja yang memimpin anggota tubuh untuk melakukan suatu amalan, apakah amalannya itu menjadi baik ataukah menjadi buruk. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang cukup dikenal, bahwasanya sahabat An-Nu’man bin Basyir mengatakan bahwa Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”… Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah (segumpal daging) itu adalah al-qolbu (hati).” (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu hendaklah seorang insan berusaha untuk mengenal tentang hati dan hal-hal yang berkaitan dengan hati. Hati dinamakan al-qolbu karena mempunyai sifat dapat berbolak-balik. Seorang penyair masa lalu melantunkan sebuah bait sya’ir:
Tidaklah dinamakan qolbuMelainkan karena berbolak-baliknyaDan dapat memalingkan manusia…Tahap demi tahap
Pembagian Hati
Para pembaca yang budiman, perlu untuk kita ketahui bersama bahwa hati dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu hati yang sehat, hati yang sakit dan hati yang mati.
Hati yang sehat adalah hati yang selamat, yaitu yang membawa seseorang menuju kepada keselamatan di akhirat kelak.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:“Adalah hari yang mana harta dan anak-anak tidak lagi bermanfaat, kecuali orang-orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.” (Asy-Syuaraa: 88-89)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini, mengatakan, “Hati yang selamat maknanya adalah selamat dari syirik, kejelekan, keragu-raguan, rasa cinta kepada keburukan, terus-menerus melakukan kebid’ahan dan dosa.”
Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapakah Rabb (Tuhan) nya. Tidak beribadah kepadaNya yaitu dengan menjalankan perintahnya dan tida pula menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridloiNya. Baginya yang penting adalah menuruti keinginan hawa nafsu. Hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Bergaul dengan orang yang mati hatinya ini adalah penyakit, berteman dengannya adalah racun, dan duduk bersama dalam satu majelis dengan mereka adalah bencana.
Sedangkan hati yang sakit adalah hati yang hidup tetapi mengidap penyakit. Ia cenderung untuk mengikuti unsur yang lebih kuat. Terkadang ia cenderung kepada ‘kehidupan’, namun terkadang lebih cenderung kepada ‘penyakit’. Padanya terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakal kepada Allah Ta’ala, yang kesemuanya itu merupakan sumber kehidupan. Namun padanya terdapat kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, sifat hasad, sombong dan ujub (berbangga diri), yang merupakan bencana dan sumber kehancuran diri seseorang. Ia berada diantara dua penyeru, yaitu penyeru yang menyeru kepada Allah dan RasulNya, hari akhir dan penyeru yang menyeru kepada kehidupan dunia. Seruan yang disambutnya adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab.
Oleh karenanya, hendaknya kita berusaha menjadikan hati kita ke dalam jenis hati yang pertama, yang akan membawa diri kita menuju kepada keselamatan dan kebahagiaan. Dan juga berdo’a dengan do’a yang sering dipanjatkan oleh nabi yang mulia Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari jalan sahabat Syahr bin Ausyah radhiyallohu ‘anhu, “Wahai Dzat Yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamaMu.” (HR. Tirmidzi, hasan). Dalam riwayat yang lain Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berdo’a, “Wahai Allah Dzat Yang Maha mengarahkan hati, arahkanlah hati kami kepada ketaatan kepadamu.” (HR. Muslim)

Khusuk dalam Sholat adalah Keharusan

Saat terindah bagi seorang pecinta adalah ketika ia bertemu, bercengkrama, dan berdialog dengan orang yang dicintainya. Ketika itu, segala beban hidup dan kenestapaan akan hilang seketika. Bagi para shalihin, bertemu Allah lewat shalat adalah saat yang paling dinantikan, karena pada waktu itulah ia bisa mencurahkan semua isi hati dan bermi'raj menuju Allah. Walau demikian, ia akan kembali lagi ke alam realitas untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang didapat dari shalatnya. Inilah makna sesungguhnya dari khusyuk.

Khusyuk dalam shalat merupakan sebuah keniscayaan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Mukminun: 1-3, "Beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya dan yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna".

Di lain pihak Rasulullah bersabda: Ilmu yang pertama kali diangkat dari muka bumi ialah kekhusyuan. (HR. At-Tabrani )
Dua keterangan di atas setidaknya mengadung pesan bahwa shalat seharusnya mampu membawa perbaikan kualitas hidup kita. Dengan kata lain, bila kita ingin sukses dan ingin berhasil dalam hidup ini, maka kuncinya adalah punya iman dan mampu khusyuk dalam shalat. Siapa pun di antara kita yang tidak pernah meneliti kualitas shalatnya, besar kemungkinan ia tidak akan sukses dalam hidup.

Dalam surat yang lain, Allah bersabda, "Celakalah orang yang shalat, yaitu orang yang lalai dalam shalatnya" (QS. Al Ma'un: 4-5). Redaksi ayat tersebut bukan fi tapi an, yang menggambarkan bahayanya lalai sesudah shalat. Khusyuk ketika shalat hanya memakan waktu sekitar satu jam, sedangkan sehari 24 jam.

Karenanya, tidak mungkin shalat itu hanya efektif untuk yang satu jam. Yakinlah bahwa shalat yang satu jam harus bagus dan sisanya yang 23 jam harus lebih bagus lagi. Maka orang yang shalatnya khusyuk adalah orang yang mampu berkomunikasi dengan baik ketika shalat, dan sesudah shalat ia betul-betul produktif berbuat kebaikan terhadap umat.

Lalu, apa hikmah shalat yang bisa kita dapatkan?
Pertama, Allah mengingatkan kita lima kali sehari tentang waktu. Orang yang khusyuk dalam shalatnya dapat dilihat dari sikapnya yang efektif menggunakan waktu. Ia tidak mau waktunya berlalu sia-sia, karena ia yakin bahwa waktu adalah nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada manusia.

Pelajaran kedua dari shalat adalah kebersihan. Tidak akan pernah diterima shalat seseorang apabila tidak diawali dengan bersuci. Hikmahnya, orang yang akan sukses adalah orang yang sangat cinta dengan hidup bersih. Dalam QS. As Syams: 9-10 Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan dirinya dan sesungguhnya sangat merugi orang yang mengotori dirinya". Dengan kata lain, siapa yang shalatnya khusyuk maka ia akan selalu berpikir bagaimana lahir batinnya bisa selalu bersih.

Mulai dari dhahir, rumah harus bersih. Bersih dari sampah, dari kotoran, dan bersih dari barang-barang milik orang lain. Sikap pun harus bersih. Mata, telinga, dan juga lisan harus bersih dari maksiat dan hal-hal yang tak berguna. Dan yang terpenting pikiran dan hati kita harus bersih. Bersihnya hati akan memunculkan kepekaan terhadap setiap titik dosa, dan inilah awal dari kesuksesan.

Ketiga, sebelum memulai shalat kita harus memasang niat. Niat sangat penting dalam ibadah. Diterima tidaknya sebuh ibadah akan sangat dipengaruhi oleh niat. Seorang yang shalatnya khusyu akan selalu menjaga niat dalam setiap perbuatan yang dilakukannya. Ia tidak mau bertindak sebelum yakin niatnya lurus karena Allah. Ia yakin bahwa Allah hanya akan menerima amal yang ikhlas. Apa ciri orang ikhlas? Ia jarang kecewa dalam hidupnya. Dipuji dicaci, kaya miskin, dilihat tidak dilihat, tidak akan berpengaruh pada dirinya, karena semua yang dilakukannya mutlak untuk Allah.

Setelah niat, shalat memiliki rukun yang tertib dan urutannya. Jadi, hikmah keempat dari orang yang khusyuk dalam shalatnya adalah cinta keteraturan. Ketidakteraturan hanya akan menjadi masalah. Shalat mengajarkan kepada kita bahwa kesuksesan hanya milik orang yang mau teratur dalam hidupnya. Orang yang shalatnya khusyuk dapat dilihat bagaimana ia bisa tertib, teratur, dan
prosedural dalam hidupnya.

Kelima, hikmah dari manajemen shalat yang khusyuk adalah tuma'ninah. Tuma'ninah mengandung arti tenang, konsentrasi, dan hadir dengan apa yang dilakukan. Shalat melatih kita memiliki ritme hidup yang indah, di mana setiap episode dinikmati dengan baik. Hak istirahat dipenuhi, hak keluarga, hak pikiran dipenuhi dengan sebaiknya. Rasulullah pun menganjurkan kita untuk proporsional dalam beragama, karena itu salah satu tanda kefakihan seseorang. Bila ini bisa kita lakukan dengan baik insya Allah kita akan mendapatkan kesuksesan yang paripurna., yaitu sukses di kantor, sukses di keluarga, dan sukses di masyarakat.

Keenam, shalat memiliki gerakan yang dinamis. Sujud adalah gerakan paling mengesankan dari dinamisasi shalat. Orang menganggap bahwa kepala merupakan sumber kemuliaan, tapi ketika sujud kepala dan kaki sama derajatnya. Bahkan setiap orang sama derajatnya ketika shalat. Ini mengandung hikmah bahwa dalam hidup kita harus tawadhu. Ketawadhuan adalah cerminan kesuksesan mengendalikan diri, mengenal Allah, dan mengenal hakikat hidupnya. Bila kita tawadhu (rendah hati) maka Allah akan mengangkat derajat kita. Kesuksesan seorang yang shalat dapat dilihat dari kesantunan, keramahan, dan kerendahan hatinya. Apa cirinya? Ia tidak melihat orang lain lebih rendah daripada dirinya.

Hikmah terakhir dari shalat yang khusyuk adalah salam. Shalat selalu diakhiri dengan salam, yang merupakan sebuah doa semoga Allah memberikan keselamatan, rahmat, dan keberkahan bagimu. Ucapan salam ketika shalat merupakan garansi bahwa diri kita tidak akan pernah berbuat zalim pada orang lain. Ini adalah kunci sukses, karena setiap kali kita berbuat zalim, maka kezaliman itu akan kembali pada diri kita.

Inilah tujuh hikmah yang bisa kita ambil dari manajemen shalat khusyuk. Bila kita mampu mengaplikasikannya, insya Allah kesuksesan dunia dan akhirat ada dalam genggaman kita. Wallahu a'lam bish-shawab