Ada beberapa orang jahil di kalangan pengikut Ahul bait yang keberatan untuk melaknat orang-orang yang sepatutnya dilaknat. Di bawah ini, kita sertakan keterangan dan Al-Quran, Sunnah Nabi saw, dan teladan dan para imam yang suci. Apabila masih juga keberatan, setelah tegak keterangan dan Allah dan rasul-Nya, ia tidak dihitung lagi sebagai orang beriman.
"Maka, demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya" (QS. Al-Nisa: 65).
Al-Quran
Sebagaimana akhlak Nabi saw adalah Al-Quran, maka setiap Muslim harus menginternalisasikan Al-Quran dalam dirinya. Ia harus memuliakan orang yang dimuliakan Al-Quran. Ia harus merendahkan orang yang direndahkan Al-Quran. Ia harus berdoa buat orang yang didoakan Al-Quran. Ia harus melaknat orang yang dilaknat Al-Quran. Di antara orang yang harus dilaknat adalah:
1. Yang menyakiti Rasulullah saw:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya;
Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan
baginya siksa yang menghinakan" (QS. Al-Ahzab: 57)
2. Yang memfitnah mukminin dan mukminat:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya;
Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan
baginya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti
orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka
perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan
dan dosa yang nyata." (QS. Al-Ahzab: 57-58)
3. Yang memfitnah (menuduh) berzina:
"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh (berzina) perempuan-
perempuan yang baik-baik, yang tidak pernah terpikir melakukan
kekejian lagi beriman, mereka dilaknat di dunia dan di akhirat, dan
bagi mereka azab yang besar." (Al-Nur: 23)
Selain dilaknat, penuduh atau pembuat fitnah itu tidak boleh diterima kesaksianya seumur hidupnya dan dicambuk 80 kali menurut syariat Islam.
"Dan orang-orang yang menuduh (berbuat zina) perempuan-perempuan yang baik—baik dan tidak mendatangkan empat orang saksi maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Nur: 4)
4. Orang-Orang yang memutuskan silaturrahim:
"Bukankah apabila kamu berkuasa kamu berbuat kerusakan di
muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan. Mereka itulah
orang- orang yang dilaknat Allah dan ditulikannya telinga mereka dan
dibutakannya mereka." (QS. Muhammad: 22-23; lihat juga QS. al-
Ra’d: 25)
5. Para pembohong:
"...Marilah kita memangil anak-anak kami dan anak-anak kamu,
isteri kami dan isteri-isteri kamu, din kami dan din kamu; kemudian
marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya
laknat Allah ditimpakan kepada para pendusta." (QS. Ali ‘lmran: 61)
6. Orang- orang zalim:
"...Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang
zalim. Mereka itu balasannya ialah bahwasanya laknat Allah
ditimpakan kepada mereka (demikian pula) laknat para malaikat
dan manusia seluruhnya." (QS. Ali lmran: 86-87; lihat juga QS. Al-
A’raf: 44)
"...Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Mereka itu balasannya ialah bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya." (QS. Ali lmran: 86-87; lihat juga QS. Al-A’raf: 44)
Itulah sebagian dan ayat-ayat yang melaknat mereka yang mempunyai sifat yang patut dilaknat, apa pun agama atau mazhabnya. Kata "la’nat" dengan berbagai derivasinya disebut 41 kali dalam Al-Quran. Perhatikanlah ayat itu dan amalkan!
"...Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Mereka itu balasannya ialah bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya." (QS. Ali lmran: 86-87; lihat juga QS. Al-A’raf: 44)
Al-Sunnah
Di samping hadis-hadis yang menunjukkan sifat-sifat orang yang dilaknat, Rasulullah saw memberikan contoh melaknat orang-orang tertentu. Ia secara tegas menyebut nama-nama mereka dalam laknatnya itu. Yang dilaknat Rasulullah saw:
1. Rasulullah saw bersabda, "Ada tiga orang yang dilaknat Allah swt
orang yang berpaling dari kedua orang tuanya; orang yang mengadu
domba di antara suami isteri sehingga mereka bercerai kemudian ia
menggantikannya, berita fitnah di antara kaum mukmin sehingga
mereka sating membenci dan saling mendengki." (Kanz al-’Ummal
hadits: 43930).
2. Rasulullah saw bersabda, "Aku melaknat tujuh orang yang dilaknat
Allah. Dan semua Nabi sebelumku diperkenankan (doanya): yang
menambah-nambah kitab Allah, yang mendustakan ketentuan Allah,
yang menentang sunnahku, yang menghalalkan apa yang diharamkan
Allah dan keluargaku, yang berkuasa dengan sewenang-wenang,
sehingga memuliakan orang yang direndahkan Allah dan merendahkan
orang yang dimuliakan Allah, yang menyalahgunakan harta kaum
muslimin, yang mengharamkan apa yang dihalalkan Allah." (Bihar al-
Anwar 75:340).
3. Rasulullah saw bersabda, "Allah melaknat seorang fakir yang
merendahkan dirinya kepada orang kaya karena hartanya. Barang
siapa di antara mereka itu melakukan hal seperti itu sudah hilang
sepertiga agamanya." (Kanz al-’Ummal 3 hadits 6288).
Di atas hanyalah sebagian di antara orang-orang yang dilaknat saw karena sifat-sifatnya. Di samping itu, misalnya, Rasulullah saw melaknat orang yang memisahkan anak dan ibunya, orang yang durhaka pada orangtuanya, para pekerja di sekitar minuman keras dan zina dan (Lihat indeks dalam Al-Mursyid hal Kanz al-‘Ummal).
Selain itu, Rasulullah saw juga memberikan contoh (sunnah) dalam melaknat bahkan apa yang kita pandang sekarang sebagai sahabat Nabi. Ketika mereka memperoleh kekuasaan, ada sahabat yang cari muka dengan membuat hadis palsu bahwa laknat Nabi saw tersebut jadi pembersih bagi dosa-dosa mereka. Bersumber dari Abu Hurairah: Sesungguhnya Nabi saw pernah bersabda: "Ya Allah, sesungguhnya aku adalah Muhammad seorang manusia biasa. Aku bisa marah seperti halnya manusia lainnya, dan sesungguhnya aku telah membuat perjanjian di sisi-Mu di mana engkau tidak membiarkan aku menyalahinya. Maka setiap mukmin yang aku sakiti, atau aku caci maki, aku laknat atau aku pukul, maka jadikanlah ia sebagai sembahyang, zakat, pendekatan yang mendekatkan mereka kepadamu pada hari kiamat nanti" (Shahih Muslim, Kitab Kebajikan, No. 90, 91)
Dari Abdullah. Ia berkata: Aku sedang berada di masjid ketika Marwan berkhotbah. Ia berkata: Sesungguhnya Allah swt telah memberib kepada Amirul Mukminin, Muawiyah, pandangan yang baik tentang Yazid. Ia ingin mengangkatnya sebagai khalifah sebagaimana Abu Bakar dan Umar pernah melakukannya (istikhlaf). Berkata Abdurrahman bin Abu Bakar: ‘Tradisi Heraklius?’ "Sungguh, Abu Bakar, demi Allah, tidak menyerahkannya kepada anaknya atau salah seorang di antara keluarganya. Sedangkan Muawiyah melakukannya karena sayang dan ingin memberikan anugrah kepada anaknya." Marwan berkata: Bukankah kamu yang dimaksud Al-Quran sebagai "orang yang berkata kepada orangtuanya ‘cis bagi kalian’ (QS. Al-Ahqaf: 17)". Abdurrahman berkata: Bukankah kamu anak orang terkutuk. Rasulullah saw melaknat bapakmu. Aisyah berkata: Hai Marwan. Demi Allah, ayat itu tidak turun kepada Abdurrahman. Tapi ayat ini turun untuk ayahmu: "Janganlah kamu mentaati setiap tukang sumpah (palsu) yang hina, yang banyak mencela, yang kesana kemari menyebar fitnah, yang melarang perbuatan baik, melampaui batas dan banyak berbuat dosa." (Al-Qalam 10-12).
Rasulullah saw pernah melaknat ayah Marwan ketika Marwan berada dalam sulbinya. Engkau adalah pecahan laknat Allah. (Mustadrak 4:48 1;Tafsir al-Qurthubi 16:197; Taf sir al-Zamakhsyari 3:99; Tafsir Tbn Katsir 4:159; Tafsir Al-Fakhr al-Razi 7:491; Tafsir al-Durr al-Mantsur 6:4 1; dll).
Dalam riwayat lain, Aisyah berkata kepada Marwan: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda kepada bapakmu dan kakekmu -Abu al-Ash bin Umayyah— "kalian adalah al-syajarah al-mal’unah" (pohon yang terkutuk) dalam Al-Quran (Al-Durr al-Mantsur 4:191; Tafsir al Syawkani 3:231; Tafsir al-Alusi 15:107; Tafsir al-Qurthubi 10:286).
Siapakah Marwan? Marwan adalah anak Al-Hakam. Siapakah Al-Hakam? Ketika Rasulullah saw masih berada di Makkah, Al-Hakam adalah tetangga Nabi yang paling banyak mengganggu dan menyakiti hati Nabi saw. Bakda kemenangan Makkah, Ia masuk Islam dan hijrah ke Madinah. Dalam majlis, ia sering mencemoohkan Nabi dan belakang dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Nabi saw memergokinya dan menyumpahinya: "Allahumma ij’al bihi wazaghan". Ya Allah, jadikan dia terus bergoyang.
Sejak itu, ia bergelar si wazagh, tukang goyang, sampai mati. Ketika Rasulullah saw berada di tengah-tengah keluarganya, si wazagh itu sering melanggar "privacy" keluarga Nabi saw, mengintip dan menyebarkan berita keji tentang diri Nabi. Kata Abu ‘Umar: "Kana yufsyi ahaditsa Rasulillah saw fa la’anahu." Ia menyebarkan berita keji tentang Rasulullah saw. Lalu Nabi melaknatnya. Beliau mengusir si wazagh dan anaknya ke luar kota Madinah (Al-Isti ‘ab 1:118-119; Usud al-Ghabah 2:34).
Pada suatu hari Imam Ali as memergoki al-Hakam sedang mengintip Nabi saw. Ia menjewer kedua telinganya dan menjatuhkannya di hadapan Nabi saw. Nabi saw melaknatnya tiga kali seraya bersabda: "Orang ini akan mengkhianati Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya. Dan sulbinya akan keluar fitnah yang asap kelabunya akan sampai ke langit." (Kanz al-Ummal 6:39, 90)
Setelah Rasulullah saw wafat, pada zaman pemerintahan Abu Bakar dan Umar, Utsman mendesak agar Marwan dan bapaknya dikembalikan lagi ke Madinah. Kedua khalifah itu berkata (Berikut ini ucapan Umar): Wayhak, ya Utsman. Celaka kamu, hai Utsman. Kamu bicara untuk orang yang dilaknat Rasulullah saw dan diusirnya, musuh Allah dan musuh Rasulnya.
Pernah al-Hakam meminta izin untuk berjumpa dengan Rasulullah saw. Ia bersabda: "Suruh dia masuk, laknat Allah baginya dan bagi keturunan yang keluar dan sulbinya, kecuali orang mukmininnya. Tetapi betapa sedikitnya mereka. Dia dan ketununannya adalah pelaku tipu daya,pengkhianat, akan diberi dunia tetapi di akhirat ia tidak memperoleh bagian." (Al-Ansab 5:126; Al-Hakim dalam al-Mustadrak 4:481; Al-Sirah al-Halabiyyah 1:337).
Dan sulbi al-Hakam lahir Marwan dan keturunan Bani Umayyah, yang disebut dalam Al-Quran sebagai "al-syajarah al-mal’unah". Marwan diangkat menjadi gubernur Madinah pada 42 H. Karena setiap gubernur waktu itu menjadi imam salat, Marwan memulai kebiasaan baru. Sebelum salat, ia memberikan kultum (kuliah tujuh menit) untuk melaknat Imam Ali dan keluarganya.
Karena itu, Imam Hasan hanya masuk ke mesjid setelah iqamah. Tetapi, saking senangnya memaki keluarga Nabi saw, ia memaksa Imam Hasan as untuk datang ke mesjid buat mendengarkan makiannya.
Kelak, menjelang Asyura, Marwan bermaksud untuk menangkap Imam Husain dan memaksanya berbaiat kepada Yazid. Dari cengkeraman Yazidlah, Imam Husain berangkat ke Makkah. Memang, dan perilaku dan sifat-sifatnya —tukang sumpah palsu, penyebar fitnah, pembuat tipu daya, pemaki, yang berjalan ke sana kemari menyebar namimah— Marwan dan al-Hakam layak untuk dilaknat Nabi saw. Kalau kita mengaku mengikuti sunnah Nabi saw, maka sangat aneh kalau kita keberatan melaknat orang-orang yang perilakunya seperti Marwan. Kita takut, tampaknya hanya pelanjut tradisi Marwan yang akan keberatan menjalankan sunnah Nabi saw dalam melaknat. Na’udzu billah mim dzalik.
Teladan Para Imam
1. "Ya Allah, laknatlah ‘Amr dan laknatlah Mu’awiyah karena mereka
telah menyimpang dan jalan-Mu, mendustakan kitab suci-Mu,
merendahkan Nabi-Mu serta mendustakan dia dan aku."
2. "Ya Allah laknatlah Busyr dan ‘Amr dan Mu’awiyah. Ya Allah
jatuhkan atas mereka murka-Mu. Turunkan pada mereka siksa-Mu
dan timpakan kepada mereka hukuman—Mu dan azab—Mu yang
tidak Engkau tolakkan dari kaum pendurhaka."
3. "Ya Allah, hukum keduanya karena yang mereka lakukan dalam
hakku: dan karena mereka merendahkan urusanku. Berikan
kepadaku kemenangan menghadapi mereka. Ya Allah, jatuhkan
azab kepada mereka karena pengkhiatannya kepada umat ini, dan
karena pandangannya yang buruk terhadap semuanya. Laknat
Imam yang terakhir ditujukan untuk Zubair bin ‘Awwam dan Thalhah
bin ‘Ubaid illab. Siapakah Zubair? Zubair adalah saudara sepupu
Nabi dan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Menurut satu riwayat,
ia adalah orang yang keempat masuk Islam, terkenal pemberani
dan ikut serta dalam semua peperangan bersama Nabi. Menurut
Ahlus Sunnah, ia termasuk salah seorang di antara sepuluh
sahabat yang dijamin masuk surga. Ia tidak mau berbai’at kepada
Abu Bakar dan menjadi sahabat dekat Imam Ali.
Karena itu, ia termasuk di antara sekelompok kecil yang menyaksikan pemakaman Sayyidah Fatimah Azzahra sa. Ketika Umar memasukkannya kepada salah satu di antara enam anggota dewan formatur, ia mengundurkan diri karena pembelaannya kepada Imam Ali.
Imam Ali bersabda, "Zubair selalu menjadi salah seorang di antara kami Ahlulbait, sampai muncul anaknya yang tercela, Abdullah." Pada zaman Utsman, Zubair memperoleh kekayaan yang berlimpah karena fasilitas yang diberikan khalifah. Setelah Utsman terbunuh, ia termasuk yang berbai’at kepada Imam Ali untuk pertama kalinya. Ketika Imam Ali menghilangkan fasilitas istimewanya, ditambah dengan hasutan Mu’awiyyah yang menawarkan kekhalifahan kepadanya, Zubair kemudian mengkhianati Imam Ali dan bergabung dengan pasukan ‘Aisyah, bersama Thalhah.
Siapakah Thalhah? Ia termasuk sahabat yang masuk Islam pada zaman permulaan. Nabi mempersaudarakannya dengan Zubair sebelum hijrah. Ia seorang pedagang kaya. Ketika terjadi perang Badar, ia sedang berdagang di Syam. Ahlus Sunnah menghitungnya sebagai salah satu di antara sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Setelah wafat Nabi, para khalifah memberikan penghormatan kepadanya. Umar memilihnya sebagai salah satu anggota formatur, tetapi ia mengundurkan diri untuk kepentingan Utsman. Walaupun Utsman memberikan kepadanya bantuan keuangan yang menjadikannya salah satu orang terkaya di Madinah, Utsman tidak mengangkatnya menjadi gubernur di kota mana pun. Thalhah sangat menginginkan jabatan khalifah. Ia menulis surat menghasut penduduk Basrah, Kufah, dan kota-kota lainnya untuk melakukan perlawanan terhadap Utsman. Setelah Utsman terbunuh, ia segera berbai’at kepada Imam Ali. Ketika Imam Ali melepaskan hak-hak istimewa yang diperolehnya sebelumnya, ia bergabung dengan Aisyah untuk menuntut darah Utsman.
Di bawah ini kita kutipkan percakapan dan Zubair dengan Imam Ali.
Setelah keduanya masuk, mereka berkata: "Ya Amiral Mukminin, kami datang kepadamu memohon izin untuk melakukan umrah."
Imam Ali: "Demi Allah, kalian bukan ingin melakukan umrah, tetapi kalian bermaksud melakukan pengkhianatan. Kalian menginginkan Basrah."
Thalhah dan Zubair berkata: "Astaghfirullah Kami hanya bermaksud Umrah."
Imam Ali: "Bersumpahlah kepadaku, demi nama Allah yang agung. Kalian tidak merusak urusan kaum Muslimin, tidak mengkhianati ba’iat kepadaku dan tidak menyebarkan fitnah." (Lalu keduanya menyatakan dengan lidahnya dengan sumpah yang diminta Imam Ali kepada mereka) Sumpah palsu itu kelak diulangi kembali oleh keduanya pada peristiwa gonggongan anjing Hau’ab. Dalam perjalanan ke Basrah, A’isyah sampal di sumber mata air Hau’ab kepunyaan Bani Amir bin Sha’sha’ah. Anjing-anjing di situ menggonggong dengan keras sehingga salah seorang di antara rombongan berkata: "Semoga Allah melaknat Hau’ab; betapa banyak anjingnya." Mendengar itu A’isyah terkejut dan bertanya: "Apakah ini mata air Hau’ab?" Mereka berkata: "Ya, benar. Ia berkata; Kembalikan lagi aku. Ketika ditanya apa sebabnya, A’isyah menjelaskan bahwa Rasulullah Saw pernah memperingatkan A’isyah agar tidak termasuk orang yang digonggong anjing Hau’ab. Melihat A’isyah sudah mau mengundurkan diri, Zubair dan Thalhah mengumpulkan lima puluh orang Arab dusun untuk bersumpah bersama mereka bahwa tempat itu bukan mata air Hau’ab. "Fa kanat hadi awwalu syahadati zurin fil Islam." Nilai kesaksian palsu yang pertama di dalam Islam. (untuk mengetahui sumber-sumber bibliografis di atas, lihat Muhammad al-Ray Syahri, Mawsu’at al-Imam Ali bin Abi Thalib alaihi salam, jilid 5.Qom: Dar al-Hadits 1421 H.)
Tidak cukup di sini tempat untuk menuliskan daftar orang-orang yang dilaknat Imam All dan para Imam yang lain. Sekadar contoh, Imam Musa al-Kazhim as melaknat Ali bin Abi Hamzah karena mengkhianati Imam setelah ditawari kekayaan yang banyak, Begitu pula ada sahabat terdekat Imam Hasan al-Askari as yang berkhianat kepadanya. Dan selanjutnya Shahib al-Zaman Imam Mahdi (ruhi fida’uhu) melaknatnya dan menganjurkan para pengikutnya untuk melaknatnya pula.