Saat memperingati Maulid Nabi saw. atau Maulid Rasulullah saw., sejatinya umat Islam sedang memperingati kelahiran Muhammad sebagai nabi sekaligus rasul; yakni Muhammad sebagai pembawa kabar dari Allah dan sebagai utusan-Nya yang membawa risalah. Risalah itu tidak lain adalah al-Quran yang menjadi sumber syariah Islam.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. yang dilakukan oleh sebagian umat Islam tentu memiliki tujuan. Di antaranya yang terpenting adalah terus menumbuhkan sekaligus memelihara kecintaan kepada Baginda Nabi Muhammad saw.
Mencintai Nabi saw. adalah kewajiban. Sebaliknya, tidak mencintai Beliau apalagi sampai membenci Beliau adalah sebuah kemaksiatan. Apalagi Allah SWT telah menyandingkan kecintaan kepada Nabi saw. dengan kecintaan kepada-Nya. Allah bahkan telah mencela orang yang mencintai sesuatu melebihi kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya:
قُلْ إِنْ كَانَ ءَابَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah (wahai Muhammad), “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri (atau suami-suami) dan kaum keluarga kelian, juga harta yang kalian usahakan dan perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya (azab)-Nya. Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang fasik (derhaka).” (QS at-Taubah [9]: 24).
Allah SWT juga berfirman:
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ
Nabi itu (hendaklah) lebih diutamakan oleh orang-orang yang beriman daripada diri mereka sendiri. (QS al-Ahzab [33]: 6).
Dalam sebuah hadis ada riwayat sebagai berikut:
Pada suatu hari Umar bin al-Khaththab berkata kepada Rasulullah saw., “Duhai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu, kecuali dari diriku sendiri.” Rasulullah saw. menjawab, “Tidak, Demi Allah, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Lalu berkatalah Umar, “Demi Allah, sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri!” (HR al-Bukhari dalam Shahîh-nya. Lihat: Fath al-Bâri, XI/523, no: 6632)
Banyak hadis senada yang menegaskan kewajiban mencintai Rasulullah saw. Ini adalah salah satu inti ajaran Islam yang dibawa Rasul sendiri. Bahkan seorang Muslim dituntut untuk mengedepankan kecintaannya kepada Rasulullah saw.—tentu setelah kecintaan kepada Allah— atas kecintaan terhadap yang lain. Cinta kepada Baginda Nabi saw. tentu tidak boleh sekadar klaim; ia harus diwujudkan dalam perilaku keseharian. Apa dan bagaimana perwujudan hakiki dari kecintaan kepada Baginda Nabi saw.? Tidak lain dengan cara meneladaninya. Apalagi Allah SWT telah memerintahkan hal ini:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian. (QS al-Ahzab [33]: 21).
Allah pun telah mengaitkan upaya meneladani dan mengikuti Rasul saw. sebagai bukti kecintaan kepada-Nya:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ
Katakanlah (Muhammad), “Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku nsicaya Allah akan mencintai kalian.” (QS. Ali-Imran [3]: 31).
Lalu bagaimana cara mengikuti Rasul itu? Tidak lain dengan menaati Beliau. Ketaatan kepada Rasul saw. pada dasarnya merupakan perwujudan ketaatan kepada Allah SWT:
مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ
Siapa saja yang menaati Rasul sesungguhnya ia telah menaati Allah. (QS an-Nisa’ [4]: 80).
Bagaimana pula cara menaati Rasul saw. itu? Tidak lain dengan menaati seluruh risalah (syariat) yang Beliau bawa sekaligus mengikuti jejak Beliau dalam menegakkan dan menyebarluaskan risalah (syariah) tersebut kepada seluruh umat manusia. Dengan kata lain, esensi cinta kepada Nabi saw. adalah: (1) taat syariah; (2) mengemban risalah (dakwah).
Perwujudan Cinta Hakiki kepada Rasulullah saw.
Perwujudan cinta hakiki kepada Rasulullah saw. dapat dirinci antara lain sebagai berikut:
Pertama: mentauhidkan Allah. Sebab, diutusnya para rasul, termasuk Rasulullah Muhammad saw. adalah untuk menyeru manusia pada tauhid yang murni dan menentang syirik (Lihat: QS an-Nahl [16]: 36).
Kedua: mempelajari, memahami dan mengamalkan al-Quran yang Beliau bawa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi umat manusia (Lihat: QS an-Nahl [16]: 89). Dalam hal ini, Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Janganlah seseorang meminta untuk dirinya kecuali al-Quran. Jika dia mencintai al-Quran berarti dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
Ketiga: meneladani segala ucapan dan perbuatan Nabi saw. (Lihat: QS al-Ahzab [33]: 21).
Keempat: mencintai mereka yang dicintai Nabi saw. (seperti istri-istrinya, keluarga dan Sahabatnya, serta seluruh umat Islam yang berpegang teguh dengan ajarannya) serta membenci orang yang dibenci Beliau (seperti orang-orang kafir yang memusuhi Islam dan kaum Muslim).
Kelima: membela Nabi saw. dari serangan orang-orang kafir dan munafik, sebagaimana akhir-akhir ini semakin terang-terangan dilakukan oleh mereka.
Keenam: menaati semua perintah Nabi saw. dan menjauhi larangan Beliau:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
Apa yang Rasul perintahkan kjepada kalian, terimalah; apa yang Beliau larang atas kalian, tinggalkanlah. (QS al-Hasyr [59]: 7).
Ketujuh: mengemban risalah Beliau, yakni mendakwahkan syariah yang Beliau bawa. Allah SWT berfirman:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyerukan al-khayr (Islam) serta melakukan amar makruf nahi mungkar. (QS Ali Imran [3]: 103).
Itulah di antara perwujudan cinta kita kepada Rasulullah saw.
Menegakkan Syariah: Puncak Kecintaan kepada Rasulullah saw.
Muhammad saw. adalah rasul (pembawa risalah). Sebagai rasul, Muhammad saw. tentu diutus oleh Allah untuk mengemban risalah-Nya—yang tidak lain adalah syariah-Nya—kepada seluruh umat manusia. Karena itu, misi utama Rasulullah Muhammad saw. adalah menegakkan syariah Allah di tengah-tengah umat manusia. Itulah yang dilakukan Beliau sepanjang usianya sejak Beliau diangkat sebagai utusan Allah SWT. Tidak kurang 23 tahun lamanya Beliau berjuang menegakkan syariah Allah di tengah-tengah umat manusia saat itu, dengan mengorbankan harta bahkan jiwa Beliau. Selama itu, Beliau dihadapkan pada banyak ancaman, halangan, tantangan bahkan gangguan yang luar biasa dari orang-orang kafir musuh Allah. Mereka melakukan semua itu tidak lain untuk menghentikan dakwah Beliau.
Namun, atas pertolongan Allah, Rasulullah saw. berhasil melewati semua itu. Pada akhirnya, Beliau pun berhasil menegakkan syariah Allah dalam wadah negara (dawlah) di bumi Madinah untuk yang pertama kalinya. Daulah Islam di Madinah masa Nabi saw. kemudian berhasil menggabungkan wilayah-wilayah sekitarnya di Jazirah Arab ke dalam pangkuannya.
Setelah Rasulullah wafat, Daulah Islam itu kemudian diteruskan oleh para pengganti Rasul (khulafa’ ar-Rasul), yang menggantikan beliau dalam bidang pemerintahan, bukan dalam kerasulan. Sebab, selain sebagai Rasul, beliau adalah juga seorang kepala negara. Setelah itu, negara yang beliau dirikan pun diwarisi dan diteruskan oleh para pengganti beliau. Negara yang beliau sebut sebagai Khilafah ‘ala Minhaj Nubuwwah. Khulafaur Rasyidin kemudian melanjutkan misi Rasulullah saw, yakni menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh jazirah Arab, wilayah Syam, Mesir dan Persia. Bahkan pada masa para khalifah setelahnya risalah Islam kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Dari paparan di atas, jelas bahwa menegakkan syariah Islam merupakan puncak perwujudan kecintaan kepada Rasullah saw. Menegakkan syariah Islam tentu harus secara kâffah, yakni mencakup seluruh aspek kehidupan: pendidikan, sosial, politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan, dll. Semua itu tidak mungkin tegak kecuali dengan adanya negara. Itulah yang telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah saw., yang kemudian dilestarikan oleh para Sahabat Beliau. Itulah Khilafah.
Pendek kata, menegakkan kembali Khilafah yang akan menegakkan kembali risalah yang dibawa oleh Rasul, dan menyebarluaskannya ke seluruh dunia, adalah puncak manifestasi kecintaan kita kepada Baginda Rasulullah saw. Maka, aneh bila ada yang mengklaim mencintai Nabi, tetapi tidak mau menegakkan syariah dan memperjuangkan negara yang pernah beliau dirikan. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb.
Minggu, 16 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar