Senin, 04 April 2011
Kasiat Sodaqoh
Sabda Nabi Muhammad saw: “Shadaqah yang dikeluarkan seseorang dari tangannya, benar-benar telah sampai ke ‘Tangan’ Allah bahkan sebelum tangan orang yang minta shadaqah itu menerima. Shadaqah itu membilang kepada orang yang mengeluarkannya dengan lima kalimat. Pertama, ‘Aku hanyalah sesuatu yang kecil tapi berubah jadi besar karena kau shadaqahkan. Ke dua, ‘Aku hanyalah sesuatu yang sedikit, tapi karena kau shadaqahkan aku berubah jadi banyak. Ke tiga, ‘Aku tidak lebih musuhmu sebelum di-shadaqahkan, lalu kau rombak diriku menjadi temanmu.’ Ke empat, ‘Aku hanyalah benda yang lekas rusak lalu kau membikinku kekal.’ Ke lima, ‘Sebelum kau shadaqahkan, engkau jaga diriku dari pencuri. Namun sejak sekarang, akulah yang akan menjagamu dari api neraka. {Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib} JA’FAR bin Muhammad tuturkan dari Abi Muhammad kisah berikut ini. Pulang dari menghadap Rasulullah saw, memasuki ambang pondoknya Ali bin Abi Thalib lihat Fatimah duduk bekerja menenun shuff, kain wol kasar. Istrinya itu hampir selesaikan pekerjaan yang dipesan Salman al Farisi. Di luar tembok, Salman –sahabatnya- meregang ujung kain shuff yang ditenun Fatimah. Ali berkata kepada istrinya, “Ya wanita mulia. Adakah yang engkau miliki untuk hidangan makan suamimu ini?” Fatimah menjawab, “Suamiku, aku tidak memiliki sesuatu untuk bersantap. Tapi ini, aku ada uang enam dirham, upah pekerjaanku menenun kain shuff pesanan Salman. Sesungguhnya uang ini semula hendak kubelikan makanan untuk Hasan dan Husain.” Ali berkata kemudian, “Istriku. Biarkan aku yang pergi membeli makanan untuk Hasan dan Husain.” Fatimah pun serahkan uang enam dirham itu kepada suaminya. Ali lalu berangkat ke pasar. Perjalananan Ali ke pasar. Ia bertemu seorang lelaki sepuh, berdiri rapuh berkata-kata. “Siapa yang sedia beri pinjaman kepada Allah, Dzat Yang Maha Melindungi dan Maha Mencukupi? Sampaikanlah pinjaman itu melaluiku.” Demi mendengar itu Ali menghampiri lelaki sepuh dan langsung serahkan uang enam dirham padanya. Ali urung membeli makanan untuk anak-anaknya. Ia pulang. Di rumah. Melihat suaminya pulang tanpa membawa makanan untuk anak-anak, Fatimah menangis. Ali lembut bertanya, “Apa yang membuatmu menangis, istriku?” Fatimah menyahut, “Ya putra paman Rasulullah saw. Kulihat kepulanganmu hampa, bukankah kepergianmu tadi hendak membeli makanan buat anak-anak kita?” Ali menjelaskan, “Wahai wanita mulia. Uangmu enam dirham tadi aku berikan sebagai pinjaman kepada Allah. Shadaqah” Istrinya tersenyum menyambut, “Baiklah.” Ali lalu pamit akan menghadap Rasulullah saw lagi. Perjalanan menuju rumah Rasulullah saw. Di tengah perjalanan Ali bertemu seorang Badui penuntun onta. Orang itu menawarkan sesuatu, “Wahai ayahnya Hasan. Belilah ontaku ini.” Ali berkata, “Aku tidak memiliki uang.” Badui itu malah menawarkan kemudahan, “Padamu aku jual onta ini dengan pembayaran belakangan.” Ali bertanya, ”Berapa engkau jual onta ini?” Badui itu tersenyum menentukan harganya. “Seratus dirham saja, bayarlah belakangan.” Ali setuju, “Baik, kubeli ontamu dengan harga dan syarat yang kau tentukan.” Badui yang menjual onta berlalu. Ali sekarang yang menuntun onta. Tidak berselang lama datang Badui lain menghampiri Ali. Ia mencari onta, “Wahai ayahnya Hasan. Apa ontamu ini engkau jual?” Ali menyambut, “Benar. Aku bermaksud menjualnya.” Badui itu sangat berminat, “Berapa harga onta ini hendak engkau jual, Ali?” Ali menawarkan harganya, “Tiga ratus dirham.” Badui langsung merasa cocok harga, “Baik, kubeli ontamu dengan kontan.” Ali menerima pembayaran lalu belanja makanan dan pulang ke rumah. Menghadap kepada Rasulullah saw nanti setelah kuserahkan makanan ini kepada anak-anak, rencana Ali. Di rumah Ali. Fatimah menyongsong kepulangan suaminya, “Apa yang engkau bawa itu, wahai ayahnya Hasan?” Ali menerangkan. “Wahai Fatimah. Aku tadi beli seekor onta seharga seratus dirham dari seorang Badui yang boleh kubayar belakangan. Baru saja onta kubawa datang Badui lainnya lagi yang mau membelinya tiga ratus dirham dengan kontan.” Usai menyerahkan makanan untuk keluarganya, Ali pamit akan menghadap Rasulullah saw. Di pondok Rasulullah saw, beliau membalas salam dan menyambut kedatangan Ali dengan senyum agungnya. Ali dipersilakan duduk di sisi beliau. Rasulullah saw bersabda. “Wahai ayahnya Hasan. Adakah seseuatu khabar yang akan engkau sampaikan untukku. Atau aku saja yang beritakan khabar padamu?” Ali menjawab, “Sebaiknya Rasulullah saw yang sampaikan khabar. Sungguh engkau yang lebih pantas memberitahuku, ya Utusan Allah.” Rasulullah saw bersabda, “Wahai Ali. Adakah engkau tahu siapa sebenarnya orang Badui yang menjual onta padamu. Dan siapa pula orang Badui yang membeli onta darimu tadi?” Ali menunduk, “Allah dan Utusan-Nya yang lebih mengetahui yang terjadi padaku.” Rasulullah saw bersabda, “Wahai ayahnya Hasan. Engkau sungguh beruntung. Engkau telah beri shodaqoh kepada seorang lemah enam dirham, sama halnya engkau memberi pinjaman kepada Allah. Enam dirham itu Allah kembalikan padamu tiga ratus dirham. Berarti setiap dirhammu dikembalikan Allah lima puluh kali lipat. Ketahuilah, wahai Ali. Orang Badui pertama adalah malaikat Jibril yang menymar. Ia menyaru menjadi orang Badui yang menjual onta. Sedang orang Badui ke dua yang membeli onta darimu itu malaikat Israfil.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar