Berawal dari Firman Allah SWT
قدافلح من تزكي وذكر1سم ربه فصللى
Sesunggunya beruntunglah orang yang menbersihkan/menyehatkan jiwanya. Dan dia berzikir kepada TuhanNya, lalu dia menegakan sholat.
(QS.: Al-A`laa: 14-15)
“Menjaga kebersihan adalah bagian dari iman”. Dalam Hadits lain berbunyi: “Allah lebih mencintai mu`min yang kuat dari pada mu`min yang lemah. Serta dalam kaidah ushuliyyah dan lain sebagainya. Bila tubuh manusia tidak diberi hak sesuai ajaran agama tersebut maka akan mengalami ketidakseimbangan dalam hidup dan akan mudah terserang penyakit. ulama berpendapat bahwa: kesehatan badan didahulukan di atas sempurnanya ibadah. Itulah beberapa ungkapan agama dalam menjaga kesehatan dari timbulnya penyakit. Kesehatan dalam Islam merupakan masalah penting. Banyak ayat Al-Qur`an dan Hadist yang menunjukkan pentingnya menjaga kesehatan, diantaranya berwudlu, mandi, sholat, puasa, haji, makanan halal lagi baik (bergizi), keseimbangan makanan (minuman dan udara dalam makan), kemudian diaturnya tidur untuk istirahat, siang untuk mencari penghidupan, malam untuk istirahat
Timbulnya penyakit berawal dari pola hidup yang tidak sehat dan tidak seimbang, sehingga tubuh mudah terkena penyakit. Ditambah lagi dengan gaya hidup moderen menambah kuantitas dan kualitas penyakit, diantaranya penyakit gula, darah tinggi, jantung, dan sebagainya. Bahkan tidak sedikit masyarakat di zaman ini memiliki masalah psikologis, seperti cemas, stres, panyakit psikosomatis, bahkan penyakit yang paling parah kata Nabi Muhammad SAW. adalah penyakit wahan (terlalu cinta pada dunia dan takut mati). Al-Qorni (2005) menyatakan generasi saat ini adalah generasi yang sedang menderita sakit kejiwaan.
Menurut Ancok (1994) bahwa ada jenis penyakit yang belum diketahui dasar fisiologisnya. Penyakit ini menimbulkan dampak psikologis. Ada beberapa jenis penyakit ini, diantaranya causalgia, neuralgia, dan phantom limb pain. Causalgia adalah rasa sakit seperti terbakar yang seringkali disebabkan oleh luka kena pisau atau tembakan. Anehnya rasa sakit tersebut baru muncul setelah luka itu sembuh. Neuralgia adalah adalah rasa sakit yang datangnya tiba-tiba sepanjang alur saraf. Sakit ini muncul setelah luka pada saraf feriferal sembuh. Sedangkan phantom limb pain adalah rasa sakit dikarenakan amputasi. Rasa sakit ini tetap muncul walaupun bekas amputasinya sudah sembuh.
Rasa sakit merupakan topik yang sangat kuno yang tidak henti dibahas. Rasa sakit sudah dicatat sejak abad ke-3 SM. sewaktu Theophrastus menggunakan meconion (opium) bagi pasien-pasiennya yang mengeluh rasa sakit (Prawirohusodo, 1994). Hingga sekarang penanganan rasa sakit dilakukan dengan berbagai pendekatan, seperti pendekatan medis dan farmakologik, pendekatan alternatif berupa intervensi psikologik dan psikiatrik, pendekatan psikoterapi dan fisioterapi dan lain sebagainya.
A. Proses Kognitif Rasa Sakit
Perasaan sakit sulit dinyatakan secara obyektif. Intensitas rasa sakit tergantung pada interpretasi masing-masing orang yang mengalaminya. Menurut Prof. Dr. Jamaluddin Ancok (1995) perasaan sakit dapat disebabkan oleh luka luar atau luka dalam atau kondisi lainnya. Perasaan sakit memiliki rasa nyeri pada badan. Perasaan sakit sangat berhubungan hubungan rasa nyeri. Intenatonal Association for the Study of Pain (dalam Prawirohusodo, 1994) memberikan definisi nyeri, bahwa nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan tubuh. Menurut beberapa ahli filsafat bahwa rasa nyeri yang dialami ketika sakit adalah proses emosi (Prawirohusodo, 1994). Dalam definisi tersebut terdapat makna psikologis dalam perasaan sakit. Secara psikologis rasa sakit merupakan persepsi emosional dari kerusakan jaringan pada tubuh.
Pemberian makna di otak terhadap rangsang yang datang merupakan kegiatan yang berjalan secara alamiah dan merupakan proses otomatis, sehingga setiap orang hampir tidak menyadarinya. Interpretasi ini sangat berhubungan dengan aktivitas perhatian (attention) yang dilakukan orang pada rangsang. Bila perhatian tertuju pada rangsang itu dengan kuat, maka akan menimbulkan persepsi kuat pula. Sebagaimana pula hal tersebut terjadi pada persepsi perasaan sakit.
Rasa sakit pada umumnya dapat dikurangi dengan mengunakan bahan-bahan yang terdapat di alam dan bahan kimia. Akhir-akhir ini dikembangkan pendekatan psikologis untuk menyembuhkan rasa sakit. Beberapa pendekatan telah diusahakan berupa pendekatan kognitif, relaksasi, meditasi dan lain sebagainya. Secara rinci Ancok (1995) memberikan pengertian beberapa pendekatan dalam menangani rasa sakit berupa;
1. Pendekatan Bio-feedbeck. Teknik ini dipakai untuk mengontrol kerja sistim saraf para simpatikus seperti detak jantung dan tekanan darah. Detak jantung atau tekanan darah tersebut dirubah dalam sinyal suara (tone) melalui sebuah alat elektronik, yang kemudian diperdengarkan pada sipasien. Sinyal suara tersebut dapat diatur oleh sipasien dengan ‘kehendaknya’ melalui konsentrasi pikiran, pengaturan pernafasan, dan pemblokiran semua suara yang masuk. Dengan latihan-latihan sipasien dapat menurunkan tekanan darahnya, atau detak jantungnya. Alat ini berfungsi ganda dalam menghilangkan rasa sakit yakni melalui penurunan kecemasan dan pengalihan perhatian dari rasa sakit.
2. Relaksasi. Relaksasi adalah upaya untuk menurunkan ketegangan emosi yang dilakukan dengan berbagai cara. Berbagai teknik seperti meditasi, yoga, dan latihan kejang-kendor otot dapat mengurangi rasa sakit, karena teknik tersebut dapat menurunkan kecemasan yang ditimbulkan oleh rasa sakit.
3. Hipnosis. Kondisi ‘trance’ dalam hipnosis dapat menyebabkan orang melupakan rasa sakit. Khusunya rasa sakit yang akut seperti sakit melahirkan, cabut gigi, atau luka kena pisau.
4. Pengalihan perhatian. Memperdengarkan musik, atau menonton acara (TV) yang menarik di ruang praktek dokter gigi akan mengurangi perhatian pada rasa sakit di saat gigi sedang dicabut oleh dokter.
5. Guided Imagery. Si pasien yang sedang merasakan sakit dimintä untuk membayangkan hal-hal yang indah, seperti suasana damai secara terus menerus.
6. Placebo.Obat-obatan yang sebenarnya tidak berkhasiat untuk mengobati sakit, bila diyakini oleh pasien sebagi obat penghilang rasa sakit akan mampu menurunkan rasa sakit. Efek placebo inilah yang menurunkan rasa sakit.
Beberapa pendekatan psikologis yang telah dikemukakan tersebut memiliki kelemahan dalam hal materi/muatan yang disampaikan dalam proses terapi. Hasil yang diperoleh dari proses terapi tersebut hanya menurunkan ketegangan emosi secara fisik dan sementara. Aspek spiritual dalam materi terapi tidak digunakan, sehingga hasilnya tidak berjalan secara maksimal. Banyak pasien yang telah diterapi, namun beberapa saat setelah itu sakitnya terasa kembali.
Ilmu psikologi yang diharapkan ikut andil dalam pemecahan atau penyelesaian masalah ini nampak “kurang“ dapat berperan. Hal ini dapat dipahami karena psikologi telah kehilangan “ruhnya”, yaitu psikologi telah jauh dari nilai-nilai agama. Hal ini seperti telah dikemukan oleh Erich Fromm yang dikutip oleh Najati (dalam Haryanto, 1999) bahwa psikologi telah kehilangan makna, karena telah meninggalkan hal esensi yaitu “dimensi ruh”. Bahkan menurut Rahmat (dalam Kartono dan Andari, 1989) ada beberapa psikolog yang kurang simpatik pada agama. William James menganggap tokoh agama sebagai makhluk yang mempunyai sensibilitas emosional yang luar biasa. Para Nabi dan orang-orang suci menurut pemikiran James memiliki perasaaan yang berlebih-lebihan, melankolis, mengidap halusinasi dan delusi yang menyesatkan, mendengar atau melihat sesuatu yang khayali. Selanjutnya Sigmund Freud menganggap agama sebagai gejala neurosis obsesi yang universal. Sedang Anton P. Baisen berteori bahwa agar orang bisa menghayati agama lebih baik, dia harus melewati tahap schizophrenia lebih dahulu. Oleh karena itu saatnya Psikologi Islami menjadi acuan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Al-qur`an merupakan kitab suci, bukan buku ilmu pengetahuan. Tapi, Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia (hudan linnas) memuat konsep-konsep sistemik dan referensi ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam setiap dimensi kehidupan. Dalam memahami konsep tersebut dibutuhkan ijtihad pikiran yang didasari kekuatan imani, bukan keraguan. Dalam ayat berikut secara berturut-turut dalam surah Fushilat: 52, 53,dan 54 memuat kebenaran konsep Al-Qu`ran tentang dimensi kepribadian manusia dan konsep psikologi islami yang didasari keyakinan.
Bagaimana pendapatmu jika (Psikologi Islami/Al-Qur`an) itu datang dari Allah SWT, kemudian kamu mengingkarinya? Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh (Psikologi Barat)? (QS. Fushilat: 52)
Akan Kami perlihatkan kepada kamu sekalian ayat-ayat Kami (psikologi Islami) di dalam alam semesta dan di dalam dirimu sendiri sehingga kamu akan menjadi yakin bahwa Kami (Al-Qur`an) benar adanya (QS. Fushilat ; 53)
Ingatlah bahwa sesunguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu. (QS. Fushilat ; 54)
B. Sholat Pondasi Utama Terapi
Sholat merupakan ibadah ritual yang telah diperintahkan Allah SWT. sejak dahulu kepada para nabi beserta seluruh pengikutnya. Perintah sholat telah ada pada zaman nabi Ibrahim, Ishaq, Ya`kub, Ismail, Isa beserta umatnya dan termasuk umat Nabi Muhammad SAW. Lihat QS.: 21: 73, 19:55, 2:83, 5:12, 19:30, 19:31 dan 98:5 Hadhiri (1995). Sholat merupakan kewajiban dan sekaligus kebutuhan esensial untuk mewujudkan manusia seutuhnya. Sejak kecil anak dianjurkan untuk sholat, bahkan menurut hadist, jika usia anak sudah mencapai sepuluh tahun tidak mendirikan sholat maka anak tersebut dapat diberi ganjaran (hukuman yang bersifat mendidik). Hal ini juga diperkuat dalam QS. Luqman: 17.
Sholat merupakan ibadah mahdha yang telah ditentukan tata caranya. Perintah sholat diperoleh secara langsung dari Allah Swt., yaitu pada saat Nabi Muhammad Saw. menjalankan Isra’ Mi’raj. Sebagaimana dikutip dalam QS. Al-Isra`:1. Ada 5 (lima) waktu diwajibkannya sholat, yaitu sholat subuh, dhuhur, ashar, maghrib dan isya`. Kemudian seorang muslim dianjurkan untuk melaksanakan sholat sunat, diantaranya; sholat dua hari raya (idul fitri – idul adha), sholat gerhana bulan dan gerhana matahari, sholat istisqo` (minta hujan), sholat sunat rawatib ( dua rakaat sebelum subuh, dua rakaat sebelum dan sesudah dhuhur, dua rakaat sebelum ashar, dua rakaat sesudah maghrib, dua rakaat sesudah isya`), sholat tahiyyatul masjid (menghormati masjid), sholat akan bepergian – keluar rumah, sholat dluha, sholat setelah berwudlu, sholat istiharoh (meminta petunjuk yang baik), sholat muthlaq (tidak ditentukan waktu dan rakaatnya), dan sholat tahajjud. Sebelum melaksanakan sholat ada beberapa syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Adapun syarat sah sholat (sebelum sholat dilakukan) adalah: suci dari hadast besar dan kecil, suci: badan, pakaian,dan tempat dari najis, menutup aurat, telah masuk waktu sholat dan menghadap kiblat. Yang termasuk rukun sholat (dalam melakukan sholat) adalah: niat, berdiri bagi yang mampu, takbiratul ikhram, membaca surah Al-Fatihah, rukuk dengan tuma`ninah, sujud dua kali dengan tuma`ninah, duduk di antara dua sujud, duduk akhir, membaca tasyahud akhir, membaca sholawat nabi dan mengucapkan salam (Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1996 dan Sulaiman Rasjid, 1998).
Sholat menurut bahasa Arab berarti berdoa. Sholat juga mengandung arti dzikir/ ingat pada Allah SWT. Sholat merupakana aktivitas dzikrullah. Perintah dzikir dalam agama Islam dilakukan kapan saja, baik berdiri, duduk maupun waktu berbaring. Sholat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan oleh agama. Ash Shiddieqy (1983) bahwa perkataan sholat dalam bahasa Arab berarti doa memohon kebajikan dan pujian; sedangkan secara hakekat mengandung pengertian “berhadap hati (jiwa) kepada Allah dan mendatangkan takut kepadaNya, serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa keagungan, kebesaranNya dan kesempurnaan kekuasaanNya”.
Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab (1992) bahwa sholat merupakan kebutuhan akal-pikiran dan jiwa manusia, dan merupakan kebutuhan untuk mewujudkan masyarakat yang diharapkan oleh manusia seutuhnya (insan kamil / kaffah). Menurut Al-Qur`an ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari dholat, yaitu sholat merupakan sarana menusia untuk menghubungkan diri dengan Allah (hablum minallah) lihat QS. 20:14. Sholat dan sabar sebagai penolong, lihat QS. 2:153. Sholat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar, lihat QS. 29:45 dan 70:23. Sholat mempunyai hikmah kedisiplinan diri terhadap waktu, QS.11;114. Sholat dapat memupuk rasa persamaan, persatuan, dan persaudaraan, QS. 4: 102. Sholat sebagai sarana yang tetap menjaga kebersihan diri, QS. 5; 6. (Hadhiri, 1995). Sholat adalah satu-satunya cara untuk membersihkan jiwa dan raga manusia (QS.Al-Muddatsir: 4). Dalam hadist shoheh, kitab Abu Daud disebutkan bahwa “Sholat dapat menghilangkan penyakit dari tubuh” (Al-Qorni, 2005).
Banyak ahli yang telah mengkaji mengenai aspek terapeutik sholat dan makna secara psikologis dari sholat, misalnya Adi (1985), Daradjat (1979), Ancok (1989), Haryanto (1993; 1994), Shihab (1992), Saboe (1986), Najati (1985) dan masih banyak lagi. Ancok (1989) dan Adi (1985) ada beberapa aspek terapeutik yang terdapat pada ibadah sholat, antara lain aspek olah raga, aspek meditasi, aspek auto-sugesti, aspek kebersamaan, dan aspek atau unsur katarsis.
Kajian-kajian mengenai ibadah sholat yang dilakukan selama ini masih memiliki kelemahan pada aspek penerapannya secara kualitas, yang masih melihat sisi psikologisnya saja atau sebaliknya hanya melihat sisi agamanya saja. Tulisan ini mencoba mengkaji dua sisi tersebut, yaitu dari sisi ilmiah-psikologi dan dari sisi agama yang berdasarkan Al Qur`an dan Hadits Nabi dalam menangani rasa sakit .
C. Wudlu sebagai terapi
Seseorang yang akan menjalankan sholat harus bersih dari hadast besar maupun kecil, sehingga ia harus berwudlu apabila berhadas kecil, dan mandi kalau berhadast besar (junub), lihat QS. 5:6. Saboe (1986) dalam bukunya yang berjudul “hikmah kesehatan dalam sholat” menyatakan sholat dan wudlu adalah suatu sikap tubuh yang paling sempurna dan paling ideal untuk mencapai kesempurnaan kesehatan badaniah maupun bathiniah.
Menurut Adi dan Effendy (dalam Haryanto 1999) wudlu ternyata memiliki efek refresing, penyegaran, membersihkan badan dan jiwa, serta pemulihan tenaga. Wudlu juga memiliki dampak fisiologis, hal ini terbukti bahwa dibasuhnya tubuh dengan air sebanyak lima kali sehari akan membantu dalam mengistirahatkan organ-organ tubuh dan meredakan ketegangan fisik dan psikis. Wudlu itu ada dua macam, yaitu wudlu lahir dan wudlu batin Oleh karena itu dapat dipahami apabila seseorang yang sedang marah oleh Rasulullah Saw. disarankan untuk mengambil air wudlu, yaitu sesuai dengan sabdanya: “Apabila engkau sedang marah, maka berwudlulah”.
Terapi dengan menggunakan efek air ini sebenarnya telah lama dikenal dalam dunia kedokteran, demikian pula pada masyarakat-masyarakat tertentu air juga merupakan aspek yang penting dalam upacara-upacara. Terapi air ini juga dilakukan di Inabah Pondok Pesantren Suryalaya yang dikenal dengan pembinaan terhadap korban penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya dengan mandi besar. Hal mi didukung oleh ftrman Allah dalam Al Quran:
“... dan Allah menurunkan kepadamu (air) hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu, dan menghilangkan dari kamu gangguan syetan (penyakit) dan untuk menguatkan hatimu.. (QS. 8:11)”.
Di dunia kedokteran dikenal adanya “Hukum Baruch dan Hidroterapi”, hukum Baruch adalah hukum atau teori yang diciptakan oleh Simon Baruch (1840-192 1), Ia seorang dokter dari Amerika. Menurut teori ini air memiliki daya penenang jika suhu air sama dengan suhu kulit, sedangkan apabila suhu air lebih tinggi atau lebih rendah akan memberikan efek stimulan atau merangsang Hidroterapi merupakan pengobatan ilmiah yang memanfaatkan air dengan manfaat menghilangkan rasa lelah dan menghilangkan ketegangan, mendinginkan dan merangsang tubuh untuk mengkerutkan pembuluh kapiler, merangsang sistem kardiovaskuler, melemaskan semua otot tubuh, dan akan melemaskan jaringan dan berefek pada kapiler-kapiler di kulit, hal ini karena banyak darah dari jaringan yang akan ditanik ke kulit. Di samping itu juga dapat mengurangi rasa nyeri (Effendy dalam Haryanto 1999).
D. Kuncinya pada Kualitas Sholat
واذا مرضث فهو يشفين
Dan apabila aku sakit, maka dialah (Allah) yang menyembuhkanku
(As-Syuaraa`: 80)
Kita ingat, ketika sahabat Ali bin Abi Thalib RA mengalami rasa sakit yang sungguh luar biasa, yang kemudian dengan menjalankan sholat sakitnya tersebut tidak terasa. Suatu saat dalam peperangan beliau terkena sebuah anak panah yang bersarang dipunggungnya. Sahabat lain mencoba untuk mencabutnya, dengan rasa sakit yang tak terhingga beliau berteriak. Atas usul sahabat lainnya, maka beliau melakukan sholat. Di tengah-tengah sholat tersebut anak panah dicabut secara perlahan hingga keluar dari tubuhnya. Hingga akhir sholat dan salam telah diucapkan, beliau bertanya pada sahabat, “apakah anak panah itu sudah keluar dari tubuhku?”. Sebuah kisah, tetang seorang pasien yang terkena panyakit jantung, dokter menyarankannya agar melaksanakan sholat wajib dengan taratur, dan akhirnya pasien tersebut dapat sembuh. Kisah tersebut bukanlah isapan jempol belaka. Setiap orang dapat pula merasakan manfaat dari sholat yang dilakukannya. Sholat tidak hanya dapat menyembuhkan penyakit psikis/rohani, tapi juga sholat dapat mengatasi rasa sakit dan menyembuhkan penyakit fisik.
Beberapa ahli kesehatan menerangkan manfaat sholat dari aspek kesehatan jasmani dan Rohani. Menurut Dr. RH. Su`dan MD. SKM. (1997) gerakan sholat penting untuk kesehatan (senam kamar). Setiap gerakan dalam sholat adalah sesuai dengan tuntunan ilmu kesehatan. Misalnya sikap qiyam, rukuk, I`tidal, sujud, dudukjilsah, qa`dan, iftirasy dan tawarruk. Banyak penyakit yang dapat dicegah dengan sikap tersebut. Seperti rematik, lumbago, spondylosis, spondiloarthorosis, arthtritis, ischias, dan bawasir. Juga bermanfaat bagi wanita hamil. Pria dapat terhindar dari impotensia, hypertrophia, dan kemandulan. Secara psikis, sholat mengandung manfaat yang luar biasa. Ketika sujud, kepala berada pada posisi terendah sehingga darah banyak mangalir ke otak. Nadi di otak dilatih menerima banyak darah, sehingga opoplexi atau pitam karena pecahnya nadi di otak dapat terhindar. Terutama juga karena ketenangan jiwa dan berat badan sewaktu sholat dapat memobilisir lemak dan mencegah sclerosis.
Sholat mempunyai efek seperti obat yaitu efek depresan (efek ketenangan) seperti yang dialami oleh Ali RA dan beberapa orang yang telah merasakan manfaat sholat di atas. Konsentrasi pada masalah (stimulus/rangsang) lain dapat menghambat situmulus rasa sakit sampai ke otak, sehingga rasa sakit kurang dirasakan. Menurut Ancok (1995):
Bila perhatian seseorang ditujukan pada rasa sakit, maka ia akan semakin merasakan rasa sakit. Sebaliknya bila ada suatu kegiatan yang menarik perhatian seseorang dari rasa sakit, maka intensitas rasa sakit kurang dirasakan. Rasa sakit tergantung konteks saat dialami. Seorang pemain bola yang kakinya terluka, sering sekali tidak merasakan sakit di saat asyik bermain bola.
Ancok (1989) menjelaskan fenomena ini dengan gate system theory. Menurut teori ini, rangsang sakit yang masuk ke dalam otak dapat dihambat oleh rangsang lain, dalam kasus ini adalah sholat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa konsentrasi yang penuh dalam sholat, yaitu hanya mengingat Allah Swt. akan nenutup rangsang lain yang akan terbawa ke otak.
Alvan Goldstein telah menemukan semacam zat morfin alamiah yang ada dalam otak manusia yang disebut endogonius morphin atau yang sering disingkat dengan edorphin/endortin (Hilman, dalam Haryanto 1999). Dijelaskan oleh Subandi (dalam Haryanto 1999) bahwa kelenjar endortina dan enkafalina yang dihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyata mempunya efek yang mirip dengan opiat (candu), sehingga disebut “opiat endogen”. Menurut Kastama dkk, (dalam Haryanto 1999) bahwa zat yang mirip dengan morfin yang dihasilkan oleh tubuh manusia dengan rumus kimia C17H19N03 disebut endofina dan encephalina yaitu yang dihasilkan oleh kelenjar hipofese di otak. Berdasarkan keterangan beberapa ahli ini dapat disimpulan bahwa dalam diri manusia telah mempunyai zat semacam morfin yang memiliki fungsi kenikmatan (pleasure principle). Ditambahkan oleh Haryanto (1990; 1994) apabila seseorang memasukkan atau kemasukan zat morfin ke dalam tubuh, misalnya mereka yang menyalahgunakan narkotika; maka akan terjadi penghentian produksi endorfin. Apabila dilakukan penghentian martin dan luar secara mendadak, ternyata tubuh tidak dapat dengan segera memproduksi endorfin tersebut. Untuk memproduksi endorfin tersebut dapat dibantu dengan kegiatan-kegiatan semacam meditasi dan zikir yang melibatkan aktifitas konsentrasi. Jadi sholat dapat membantu merangsang atau mempercepat tubuh untuk memproduksi endorfin. Hal ini juga sudah dibuktikan di Inabah Pondok Pesantren Suryalaya yang membina anak korban penyalahgunaan narkotika dengan pendekatan sholat. Setelah anak-anak dibina mereka tidak lagi ketergantungan pada morfin.
Banyak orang melakukan sholat, tapi tidak mengingat Allah. Padahal perintah dilakukanya sholat untuk mengingat Allah. Sebagaimana dalam Al-Qur`an yang berbunyi: “Aqimissholah lizikri”. Menurut sebagian besar orang sholat merupakan rutinitas semata, yang jika telah dilakukan maka gugurlah kewajiban. Sehingga sholat yang dilakukan tersebut tidak memiliki bekas (atsar) dan manfaat pada dirinya.
Aspek kualitas dalam sholat yang menjadi kunci utama dalam penyembuhan penyakit. Aspek kualitas ini tergambar dari keimanan dan kekhusukan seseorang dalam melakukan sholat. Berdirinya manusia dihadapan Allah dengan khusu` dan tunduk, mengarahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Allah, berpaling dari semua problem dan kesibukan dunia dan tidak mengingat sesuatu melainkan Allah dengan ayat –ayat Al-Qur`an yang dibacanya akan membekalinya dengan suatu tenaga rohani yang menimbulkan perasaan tenang jiwa yang damai, qalbu yang tentram dan pikiran yang bebas dari beban. Sikap khusu` merupakan aktifitas kognitif melibatkan daya konsentrasi yang kuat kepada Allah.Menurut Dr. M. `Utsman Najati (2000) sholat yang berkualitas merupakan kegiatan terapeutik yang sangat penting dalam meredakan ketegangan syaraf dan menurunkan kegelisahan yang diderita oleh seseorang. Keadaaan tenang dan jiwa yang damai yang ditimbulkan oleh sholat bisa tetap berlangsung untuk beberapa lama setelah sholat dilakukan.
Iman sebagai landasan utama kualitas sholat. Iman landasan perbutan dan dengan iman sikap khusu` dalam sholat dapat dicapai. Keimanan adalah obat yang paling mujarab. Keimanan adalah hidup itu sendiri (lihat Q.S: Al-Ahkaf 13-14). Menurut Al-Qorni (2005) sholat merupakan obat mujarab untuk mengobati penyakit, karena sholat dapat memasukkan iman kedalam jiwa. Cara sholat seperti itu akan menghasilkan suatu kualitas sholat yang dapat menghilangkan rasa sakit dan dapat pula menyembuhkan penyakit.
Diakhir tulisan ini, sebagai langkah praktis, ada beberapa hal yang diusahan agar kualitas sholat dapat diraih, diantaranya:
1. Adannya motivasi intrinsik, niat yang didasari iman karena Allah SWT., Jangan lalai dari sholat dan jangan melakukan karena ria (ekstrinsik), lihat QS.: 107:4-6.
2. Pusatkan perhatian kepada Allah dan mencurahkan perhatian pada waktu sholat. Lihat QS.:7:29. Khusu` dalam keadaan bagaimanapun juga, lihat QS.: 2: 238-239, QS. 4;101-103, QS.23: 1-2. Sholat sangat berat, kecuali bagi orang yang khusu: 2;45-46. Sholat dilakukan dengan ketenangan (tuma`ninah), gerakan dalam sholat dilakukan dengan baik, tenang dan tidak terburu-buru (mutmainnah).
3. Melakukan pula sholat sunnah lainnya, sperti tahajjud. Sholat tahajjud sebagai tambahan ibadah, lihat QS.:17:79. Bangun dipenghujung malam (sholat tahajjud), mengingat Allah, berwudlu, dan kemudian mendirikan sholat dapat membuat seseorang menjadi aktif dan bergairah (Hadist).
4. Berdoa setelah sholat dengan penuh harap dan husnuzon (prasangka baik) pada Allah dapat mempercepat dan membantu penyembuhan. QS. Al-Mu`min: 60 dan Al-Baqarah:186.
Penutup
Hingga saat ini penanganan rasa sakit dilakukan dengan berbagai pendekatan, diantaranya: pendekatan medis, pendekatan farmakologik, pendekatan psikologik dan pendekatan alternatif lainnya. Pendekatan tersebut memiliki kelemahan secara spiritual, dan hasil terapi yang dicapai kurang maksimal. Sholat sebagi ibadah ritual dapat menjadi sebuah kebutuhan dan menjadi sarana komunikasi manusia dengan Tuhan yang memiliki nilai terpeutik sangat penting dalam mengatasi rasa sakit.
Kunci dari mengatasi rasa sakit itu terletak pada kualitas sholat yang tercermin dari keimanan yang terpadu dalam kekhusukan. Khusu` dalam sholat merupakan proses kognisi yang dapat menghambat rangsang sakit di otak, sehingga tercipta efek depresan (obat penenang). Dengan kondisi ini dapat menangani rasa sakit dan dapat pula menyembuhkan penyakit psikis maupun fisik. Tulisan ini bukan sekedar wacana alternatif terapi, namun perlu penghayatan dan pengamalan. Untuk pengembangan konsep ini, sangat dimungkinkan dilakukan penelitian bersifat eksperimen. Allah SWT tidak menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, AW. 1985. Hubungan antara Keteraturan Menjalankan Sholat dengan Kecemasan. Skripsi. Fak. Psikologi UGM. Yogyakarta.
Al-Qorni, Aidh bin Abdullah. 2005. Dont be sad, La tahzan, Cara hidup positif tanpa pernah sedih dan frustrasi. Jakarta: Maghfirah Pustaka.
Al-Qur'an dan Terjemahannya. 1971. Jakarta: Yayasan Penyelenggaar Terjemahan/Tafsir AI-Qur' an.
Ancok, Djamaluddin. 1989. Agama dan Psikoterapi. Atarbiyah. Edisi Perdana Nomor 1/Tahun I/April Tahun 1989.
-———.1994. Rasa Sakit Tinjauan Psikologis. LPM Pengelolaan Rasa Sakit. Bagian Psikologi Klinis Fak. Psikologi UGM.
Ancok, Djamaluddin dan Suroso. 1994. Psikologi Is/ami. Edisi III Tahun 1992. Yogyakarta : Keluarga Muslim Fak. Psikologi UGM.
Ash-Shiddieqy, TMH. Pedoman Sholat. Jakarta: Bulan Bintang.
Hadhiri, Chairuddin.1995. Klasifikasi kandungan AI-Qur^an. Jakarta: Gema insan Press.
Haryanto. 1990. Iman dan Kesehatan Mental. Makalah. Tidak diterbitkan.
-————.1994. Hubungan antara Lama Pembinaan dengan Ketergantungan Pada Narkoba. Tesis. PPS UGM. Yogyakarta.
-———.1999. Buku Ajar Studi Islam Kontekstual (SIK Pendidikan Agama Islam) Tinjauan Psikologis Ibadah Sholat. Fak. Psikologi UGM.
Kartono, Kartini dan Andari, Jenny. 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam. Bandung: Mandar Maju.
Najati, M. 'Utsman,. 2000. AI-Qur 'an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Pustaka Pelajar.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 1969. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta.
Prawirohusodo. 1994. Rasa Nyeri: Suatu Tinjauan Medis. LPM Pengetolaan Raa Sakit. Bagian Psikologi Klinis Fak. Psikologi UGM.
Rasjid, Sulaiman. 1998. Fiqih Islam. Algesindo: Sinar Baru.
Saboe, A. 1986. Hikmah Kesehatan dalam Sholat. Bandung: PT. AI-Ma'arif.
Shihab, Quraisy. 1998. Wawasan AI-Qur`an. Tafsir Mudhu atas Pelbagi Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
Su'dan, MD. 1997. AI-Qur`an dan Panduan Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.