Takabur sendiri banyak macamnya, Menurut Al-Ghazali. sifat takabur dibagi menjadi dua; yaitu takabur dalam urusan agama dan takabur dalam urusan dunia. Takabur dalam urusan agama juga dibagi dua yaitu takabur ilmu, biasanya menimpa para ilmuwan, ulama; dan yang satu lagi takabur amal, ini biasanya menimpa pada orang2 yang merasa sudah banyak beramal.
Takabur dalam urusan dunia meliputi; Nasab, kekayaan, kecantikan, kekuasaan dan banyaknya anak buah. Tapi hampir sebagian besar takabur yang menimpa manusia selalu disebabkan oleh nasab. Mereka merasa sebagai keturunan yang terhormat, darah biru, keturunan bangsawan dan lain2. Padahal sangat jelaskehormatan Islam tidak ditegakkan dengan nasab tetapi seperti firman Allah QS:Al Hujurat:13: "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling takwa"
Dari ayat di atas jelas terlihat bahwa apapun tidak berarti dihadapan Allah kecuali takwa. Ada sebuah kisah pernah seseorang mendatangi rasul dengan membanggakan nasabnya. Orang itu memperkenalkan dirinya dengan menyebut silsilah orang tuanya sampai keturunan kesembilan. Rasulullah pada saat itu hanya menjawab pendek: "Dan engkau keturuna yang kesepuluh yang masuk neraka". Dia masuk neraka karena ketakaburannya.
Beda dengan kisah kedua. Ali Zainal "Abdin pernah menangis terisak-isak di hadapan Baitullah. Ada seseorang yang mendekatinya dan bertanya' Mengapa engkau harus beribadah seperti ini, bukankah kakekmu rasulullah SAW dan ibumu Fathimah? PAda saat itu juga Ali Zainal "abidin dengan marah menjawab," Jangan sebut2 di hadapanku ibuku dan kakekku, karena AllahSWT akan memberikan surga kepada siapa saja yang taat kepadaNYA, walaupun dia adalah seorang budak dari Afrika. Dan Allah akan memasukkan neraka siapa saja yang bermaksiat kepadaNYA walalupun dia dalah bangsawan terhormat dari bangsa Quraisy.
Dari dua kisah di atas kita dapat menarik kesimpulan alangkah rendahnya orang yang selalu membanggakan nasabnya, karena di hapan Allah itu tidak berarti apa2. begitu juga orang yang beranggapan dia lebih mulia dalam hal apapun dibanding orang lain.
Ali binAbi Thalib mengajarkan cara agar kita dijauhkan dari takabur; Kalau kau berjumpa dengan orang yang lebih muda berpikirlah dalam hatimu, pasti dosanya lebih sedikit. Kalau kau berjumpa dengan orang yang lebih tua, berpikirlah pasti amalnya lebih banyak dari amalmu.
Mudah2an kita semua dijauhkan dari sifat takabur, karena sifat itu dimiliki oleh iblis dan diungkapkan pertama kali pada saat dia diperintahkan sujud oleh Allah kepada Adam. Mari kita jaga diri kita dari sifat takabur walalupun sebesar biji sawi , karena itu yang akan membawa kita ke dalam neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar