Katakanlah: "Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al An'am 6: 162)
Seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, sangat waro'
(hati-hati) dan sangat khusyuk sholatnya. Namun dia selalu khawatir
kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk. Maka ia selalu bertanya kepada orang
yang dianggapnya lebih khusyuk dalam ibadahnya, demi untuk memperbaiki
dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyuk.
Pada suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid (budak)
bernama Hatim Al Isam dan bertanya, "Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah
caranya tuan sholat ?"
Hatim berkata, "Apabila masuk waktu sholat aku berwudhu zahir dan batin."
Hisam bertanya,"Bagaimana wudhu zahir dan batin itu ?"
Hatim berkata, "Wudhu zahir sebagaimana biasa, yaitu membasuh
semua anggota wudhu dengan air. Sementara wudhu batin ialah membasuh anggota
dengan tujuh perkara:
1. bertaubat
2. menyesali dosa yang dilakukan
3. tidak tergila-gila dunia
4. tidak mencari atau mengharap pujian orang (riya')
5. tinggalkan sifat bangga
6. tinggalkan sifat khianat dan menipu
7. meninggalkan sifat dengki
Seterusnya Hatim berkata,"Lalu aku pergi ke masjid, aku menghadap kiblat.
Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di
hadapanku, surga disebelah kananku, neraka disebelah kiriku, malaikat maut
berada di belakangku, dan aku bayangkan pula bahwa aku seolah-olah berdiri
di atas titian jembatan Sirotol Mustaqim. Aku juga menganggap bahwa sholatku
kali ini adalah sholat terakhirku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan
baik."
Setiap bacaan dan doa dalam sholat kupahami maknanya, kemudian aku rukuk dan
sujud dengan tawadhu. Aku bertasyah-hud dengan penuh pengharapan dan aku
memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku bersholat selama 30 tahun,
sebagaimana firman Allah, "Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan
yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar,
dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan." (QS. Al
An'am 6: 79)
Isam mendengar dengan penuh takjub, menangislah dia karena membayangkan
ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.
Kamis, 08 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar