Kamis, 08 Mei 2008

MENGOBATI TAKABUR

Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk, tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat : "Bersujudlah kamu kepada Adam ", maka merekapun bersujud kecuali Iblis. Dia tidak , temasuk golongan yang bersujud. Allah berfirman : "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab Iblis : Saya lebih baik daripadanya; Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman : "Turunlah kamu dari durga ini; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah. Sesungguhnya kamu termasuk mahluk yang hina".

alah satu penyakit hati yang dapat menutup jalannya hidayah Allah kepada kita adalah takabur. Penyakit ini bisa melanda seluruh lapisan masyarakat, dari yang kaya sampai yang miskin, orang alim dan bodoh, yang muslim maupun non muslim, dll.

Sombong adalah watak utama dari Iblis, seperti yang bergambar pada ayat di atas. Sifat sombong memang bisa hinggap pada siapapun, namun yang lebih dominan adalah mereka yang mempunyai banyak potensi. Manusia yang hanya diberi ilmu sedikit saja oleh Allah, sudah dianggap dirinya paling pandai. Sehingga segalanya dikaitkan dengan otaknya. Filsafat mulai berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah agama. Padahal Allah swt berfirman : "Dan tidaklah kamu diberi ilmu melainkan hanya sedikit saja" (QS. Al-Isra : 85)

Manusia yang hanya diberi sedikit harta, sudah merasa dialah pemilik segalanya. Setelah itu timbullah keinginan untuk berkuasa karena hartanya, akhirnya lahirlah manusia tipe Qarun. Kemanapun ia pergi sandarannya adalah harta. Dalam hal ini Allah swt berfirman : "Dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya, ketika mereka berbincang-bincang : "Hartaku lebih banyak dan pengikutku lebih kuat". (QS. Al-Kahfi :34)

Semakin banyak potensi pada diri seseorang, maka harus semakin waspadalah dia terhadap sifat sombong.

Inti penyakit sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia. Untuk penyembuhan penyakit takabur tidak ada obatnya kecuali yang datang Pemilik Yang Maha Segalanya. Allah swt telah memberi resep obat untuk mengobati penyakit ini kepada Nabi Musa as. Nabi Musa nyaris terhinggap penyakit ini pada saat ditanya oleh pengikutnya : "Ya guru, siapakah orang yang paling pandai di muka bumi ini ? Beliau menjawab : "Akulah orangnya". Pada saat itu Allah langsung menegurnya dan diperintahnya untuk mencari seorang hamba Allah yang shaleh dipertemuan dua lautan. Kisah inilah yang oleh sebagian musafir disebut sebagai proses pendidikan (tarbiyah), kisah Nabi Musa yang bertemu dengan Nabi Khaidir dan menyandarkan kembali hakekat dirinya. Dari kisah yang terangkum dalam QS. Al-Kahfi ayat 60 s/d 82 itu tergambar ibrah (pelajaran) bagi kita, bahwa tarbiyah adalah suatu proses pendidikan yang tidak terbatas pada ilmu, melainkan juga mencakup masalah kerja. Ia merupakan proses yang menyeluruh, meliputi aliyah ruhiyah dan jasadiyah.

Ada beberapa ibrah dari kisah ini, yaitu :

  1. Proses tarbiyah yang dilakukan nabi Musa berguru kepada Nbi Khaidir. Ia berguru kepadanya walaupun tempat dan orangnya belum diketahui. Artinya, cara yang paling efektif mentarbiyah diri adalah dengan mencari guru yang dapat membentuk seluruh kepribadian kita. Di sinilah terjadi interaktif antara guru dan murid dan amal.

  2. Pencarian yang kontinyu. Sebagaimana firman-Nya : "Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya : "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai aku akan berjalan bertahun-tahun" ( QS. Al-Kahfi : 60)

      Dalam proses ini harus ditanamkan sikap kesungguhan dalam pencarian. Artinya

niatnya tak luntur oleh kesulitan yang menghadang. Seperti halnya kesungguhan Salman Al-Farisi dalam mencari kebenaran adalah ibrah bagi kita. Berkali-kali mencari guru yang dapat membawanya kepada yang hak, sampai nabi Muhammad saw di padang pasir.

Semakin tinggi tingkat pencarian, insya Allah akan semakin nyata pula hasilnya. Sedang tahapan dalam proses pencarian adalah sebagaimana Allah nyatakan dalam Al-Quran "Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk dapat pelajaran) sedang ia takut kepada Allah…" (QS.’Abasa: 8-9)

Ada 3 bahasan dalam ayat di atas :

  1. Datang

    Orang yang akan melaksanakantarbiyah harus mau datang ke tempat di mana proses tarbiyah itu berlangsung. Dalam pepatah dikatakan : "Barang siapa bersungguh-sungguh, ia pasti dapat". Dengan datangnya ke tempat tarbiyah menunjukkan perhatian yang penuh kepada tarbiyah. Lain halnya dengan orang yang mencari ilmu dengan hanya menunggu dirumah, maka hasilnyapun akan menuntut kita menunggu dan menunggu.

  2. Bersegera

    Tingkat kesungguhan seseorang terhadap tarbiyah dapat dilihat dari upayanya atau setidaknya dalam proses mencari. Untuk mencapai tujuan, ada orang yang berjalan cepat, tapi tak sedikit orang yang berjalan dengan santai. Orang yang mempercepat langkahnya tentu akan lebih cepat pula sampai ke tujuan. Di samping menunjukkan kesungguhan.

  3. Takut

    Dorongan atau motivasi seseorang untuk datang dengan segera kepada tarbiyah dapat bermacam-macam. Akan tetapi Allah menegaskan hanya ada satu alasan yang pantas, yaitu rasa takut kepada Allah. Dengan motivasi inilah ikatannya dengan tarbiyah adalah ikatan ukhrawi yang kekal, ia bukan terikat dengan hal-hal duniawi. Pada hakekatnya, proses pencarian tarbiyah adalah amanah Allah. Manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya, diwajibkan untuk melakukan ibadah kepada Allah.

Seluruh pancaindranya, penghayatan hatinya, kemampuan berpikirnya tidak untuk digunakan dalam hal yang lain kecuali untuk di jalan-Nya. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak demikian. Dalam hal ini Allah swt berfirman : "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tabda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai" (QS. AlAraf : 179)

Jauhi, Dua Perilaku Orang Takabur!

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah pada kedua ibu bapak, karib kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi membanggakan diri. (QS An-Nisa': 36)

Takabur (sombong) adalah penyakit hati yang sangat dibenci Allah. Orang takabur, hakikatnya tidak tahu diri dan tidak tahu malu. Ia mengaku-ngaku sesuatu yang bukan miliknya. Yang Mahabesar dan berhak takabur hanyalah Allah SWT.

Takabur bagaikan bagaikan bau busuk yang sulit sekali disembunyikan. Orang yang mengidap penyakit ini sangat mudah dilihat oleh orang awam sekali pun, serta mudah dirasakan hati siapa pun.

Apa ciri orang takabur itu? Rasulullah SAW bersabda, "Kesombongan adalah mendustakan kebenaran dan merendahkan orang lai."

(HR Muslim)

Mendustakan kebenaran
Meremehkan agama. Orang sombong hidupnya jauh dari agama. Ia memiliki kebenaran versinya sendiri, sehingga tidak menyukai orang-orang shalih. Tidak mau dan tidak menyempatkan belajar agama. Waktunya tersita untuk mencari dunia dan memuaskan hawa nafsu.

Malas beribadah. Ada saja alasan untuk tidak beribadah. Tidak menyukai nasehat berkaitan dengan kebenaran. Tidak mau ingat dan taat pada Allah. Meremehkan dan tidak mau meneladani para nabi. Dia lebih suka meniru idolanya sendiri.

Tidak percaya pada hal-hal gaib. Tidak mau dekat dengan orang shalih kecuali kalau ada maunya. Bila kesombongannya sudah memuncak, ia akan memusuhi agama dan akan melakukan pelbagai cara agar sinar agama meredup. Bila ia punya kekuasaan, maka kekuasaan itu akan dipakai menumpas kebenaran.

Merendahkan Orang Lain
Ingin selalu kelihatan lebih tinggi. Ingin selalu diistimewakan. Ia akan tersinggung bila disamakan dengan orang yang levelnya dianggap lebih rendah. Suka mendominasi pembicaraan, senang memotong perkataan orang lain, nadanya pun cenderung lebih keras dan merendahkan yang mendengar. Ia pun selalu ingin menang sendiri saat bicara.

Kurang suka mendengarkan orang lain. Bila orang lain berbicara dan pembicaranya dianggap lebih rendah levelnya, dia tak akan mau memperhatikan. Ada saja yang dilakukannya: ngobrol, menelpon, atau lainya. Akibatnya, orang yang bicara merasa direndahkan.

Kalau ia menyuruh, maka yang disuruh akan sakit hati. Cara duduk, berdiri, dan menunjuk pun cenderung tidak menghormati orang lain

Mudah marah dan kasar. Sering menghina, mencaci maki. Jarang sekali mau memuji dan mengakui kelebihan orang lain. Jarang berterima kasih. Tidak mau meminta maaf. Pantang menerima kritik dan saran. Tidak suka bermusyawarah. Tidak mau mengakui kesalahan atau kekurangan. Sering dengki pada yang lain.

Semoga Allah memberikan kekuatan pada kita untuk menghindari ketakaburan sekecil apa pun. Amin.

Tidak ada komentar: